KARAWANG, KBEonline.id – Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop UKM) Kabupaten Karawang kembali menggulirkan program Mentorship 360 yang ditujukan untuk memperkuat kapasitas pelaku UMKM. Tahun 2025, program ini melibatkan 30 pendamping kecamatan yang bertugas mendampingi total 2.500 UMKM dari seluruh wilayah Karawang.
Kepala Seksi Pengembangan, Penguatan, dan Perlindungan UMKM Dinkop UKM Karawang, Leoni, menjelaskan bahwa setiap pendamping bertanggung jawab mendampingi 100 UMKM di wilayah kecamatannya masing-masing selama satu tahun penuh.
“Tugas utama pendamping dimulai dari verifikasi proposal bantuan alat yang diajukan pelaku usaha. Dari hasil verifikasi inilah, mereka akan mengenal lebih jauh calon dampingannya,” kata Leoni pada Kamis (24/4).
Baca Juga:Fauzi Hammadfa: Dari Insecure karena Autisme, Kini Jadi Pembicara Internasional dan Lolos CPNSBupati Bekasi Siap Definitifkan Jabatan PLT, Tegaskan Loyalitas dan Profesionalitas Pejabat
Setelah proses verifikasi selesai dan surat keputusan (SK) bupati diterbitkan, para penerima bantuan akan mendapatkan alat usaha sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Bantuan ini mencakup berbagai jenis, mulai dari gerobak, mesin pengemasan, freezer, mesin jahit industri, alat pengolahan makanan, peralatan tata boga, hingga perangkat teknologi digital.
Leoni menekankan bahwa pendampingan tidak berhenti sampai pada pemberian alat saja. Fokus utama Mentorship 360 tahun ini adalah perubahan pola pikir pelaku UMKM.
“Kita ingin mengubah mindset mereka dari yang hanya fokus pada produksi dan jual beli harian menjadi mindset seorang pengusaha. Mereka akan dibekali pengetahuan seputar manajemen SDM, keuangan, digitalisasi, dan pemasaran,” jelasnya.
Pendampingan dilakukan secara berkala melalui pertemuan dan sesi problem solving agar perkembangan para pelaku usaha bisa terukur. Di akhir tahun, Dinkop UKM menargetkan terlihat perubahan signifikan antara kondisi awal dan akhir dari para peserta program.
“Kita ingin ada before-after yang jelas. Perubahan ini menjadi indikator keberhasilan program,” ujarnya.
Program ini didukung dengan anggaran sebesar Rp12,040.000.000.- dan menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam memperkuat sistem ekonomi berbasis digital. Salah satu indikator keberhasilan program adalah penggunaan sistem transaksi non-tunai seperti QRIS dan aplikasi kasir.
“Penilaian kami bukan hanya dari alat yang dipakai, tapi juga sejauh mana mereka mengadopsi teknologi digital dalam bisnis mereka,” pungkas Leoni. (Aufa)