KARAWANG, KBEonline.id – Pemerintah Kabupaten Karawang melalui Dinas Pendidikan tengah menerapkan program “7 Penguatan Anak Indonesia Hebat” sebagai langkah preventif dalam menangani siswa bermasalah, terutama yang terlibat dalam aksi tawuran.
Program ini menekankan pada pembiasaan peningkatan disiplin dan pendekatan karakter, tanpa mengeluarkan siswa dari sekolah, melainkan hanya memindahkan metode belajarnya.
Plt. Kasi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan Karawang, Mulyana Surya Atmaja, menjelaskan bahwa program ini lebih menekankan pada pencegahan sejak dini.
Baca Juga:Viral Video Pintu Air di Sumberjaya, Ketua TPCB Bekasi Klarifikasi: Bukan Peninggalan BelandaKejari Karawang Musnahkan Barang Bukti Narkoba dan Senjata Sajam
Menurutnya, siswa tetap terdaftar di sekolah asal, namun akan menjalani proses pembinaan dengan pendekatan berbeda, termasuk kemungkinan pemindahan belajar ke tempat khusus yang lebih terkontrol.
“Kalau ada yang tawuran pasti akan ditangani dan diproses. Selama masih bisa ditangani di kabupaten, kita akan tangani di sini. Itu lebih efektif karena masih dekat dengan lingkungan dan orang tua siswa,” ujar Mulyana saat ditemui usai kegiatan koordinasi di Dinas Pendidikan, Selasa (6/5).
Mulyana menambahkan, pendekatan yang dilakukan akan melibatkan guru Bimbingan dan Konseling (BK) di masing-masing sekolah. Mereka akan mengevaluasi apakah siswa masih bisa dibina di sekolah atau tidak.
“Karena guru itu juga orang tua mereka di sekolah. Mungkin dengan pendekatan yang lebih personal, anak-anak bisa diluluhkan dan diarahkan kembali,” ujarnya.
Jika sekolah merasa sudah tidak mampu membina siswa tersebut, maka akan dilaporkan ke pengawas sekolah untuk ditindaklanjuti. Pengawas akan berkoordinasi dengan guru BK dan orang tua siswa. Bila dianggap kasusnya berat, maka siswa yang bersangkutan bisa diusulkan untuk mengikuti pembinaan di barak militer, tentunya dengan persetujuan orang tua.
Terkait hal ini, Mulyana menegaskan bahwa pengiriman ke barak militer bukan berarti guru gagal dalam mendidik.
“Guru itu bukan malaikat. Idealnya memang kita ingin semua siswa menjadi baik, tapi dalam kenyataannya ada juga yang menunjukkan perilaku menyimpang. Daripada merusak semuanya, lebih baik sebagian kecil dibina dengan pendekatan berbeda,” ungkapnya.
Baca Juga:Setia Pada Lilin, Bukan Printing: Dimas Batik Jadi Penjaga Terakhir Batik Tulis TasikmalayaIbu dan Anak Tertangkap Basah Mencuri di Minimarket Cikarang Selatan
Ia juga menyoroti tantangan berat yang dihadapi guru masa kini dalam menangani siswa dengan berbagai karakter yang dipengaruhi oleh media sosial dan dunia digital.