“Ini patut dicontoh. PT Monde Mahkota Biskuit menjadi model ideal keberpihakan industri terhadap tenaga kerja lokal,” kata Asep.
Hal serupa juga ditunjukkan oleh PT Namicoh Indonesia Component, yang mempekerjakan 438 karyawan lokal, atau 53 persen dari total pekerja. Angka ini dinilai signifikan dan mencerminkan komitmen perusahaan terhadap pembangunan SDM lokal.
“Kami akan terus dorong pola seperti ini agar menjadi standar di kawasan industri. Karena ketika perusahaan membuka diri dan masyarakat siap bersaing, maka keseimbangan pembangunan bisa tercapai,” tambahnya.
Baca Juga:Jalan Mulus Sampai Pelosok! Ini Janji Bupati BekasiDrakor Shark 2 The Storm: Sinopsis, Pemeran dan Fakta-fakta Menariknya
Tak hanya sekadar membangun komunikasi, Pemkab Bekasi juga mendorong agar terbentuk sistem koordinasi berkelanjutan antara perusahaan dan pemerintah, khususnya dalam perencanaan tenaga kerja, pelatihan, serta pelaporan kebutuhan tenaga kerja.
Sebagai bentuk apresiasi, Pemkab Bekasi saat ini tengah menyiapkan penghargaan khusus bagi perusahaan yang dinilai paling berkontribusi dalam menyerap tenaga kerja lokal. Penghargaan ini diharapkan mampu menjadi pemicu bagi perusahaan lain agar ikut berpihak pada warga sekitar.
“Penyerapan tenaga kerja lokal bukan hanya kewajiban moral, tapi investasi sosial jangka panjang. Jika masyarakat sekitar sejahtera, ekosistem industri juga akan tumbuh lebih stabil dan berkelanjutan,” jelas Asep.
Dengan lebih dari 7.000 perusahaan aktif dalam berbagai sektor, Kabupaten Bekasi memiliki kekuatan besar dalam menyerap tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, tantangan pengangguran masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan secara serius.
“Bekasi adalah kawasan industri terbesar di Asia Tenggara. Sudah seharusnya ini menjadi ladang kerja bagi masyarakat lokal. Dengan kolaborasi kuat antara pemerintah, industri, dan masyarakat, kami optimis tingkat pengangguran terbuka akan terus menurun,” tandasnya. (Iky)