KBEonline.id – Gangguan disosiatif, yang juga dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda, adalah kondisi di mana seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang bergantian mengendalikan kesadarannya. Selain itu, gangguan ini dapat menyebabkan hilangnya kontrol atas pikiran, ingatan, perasaan, bahkan kesadaran akan identitas diri.
Penanganan gangguan disosiatif umumnya melibatkan terapi bicara (psikoterapi) dan pengobatan. Meski prosesnya bisa menantang dan memerlukan waktu yang tidak singkat, pengobatan tetap sangat penting—sama halnya seperti penyakit fisik yang perlu ditangani dengan serius.
– Psikoterapi
Terapi bicara adalah metode utama dalam mengatasi gangguan disosiatif. Terapi ini melibatkan diskusi mendalam dengan tenaga profesional yang berpengalaman, terutama yang ahli dalam menangani trauma.
Baca Juga:Mengenal Sindrom Tourette: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengenali TicsCara Ampuh Meningkatkan Nafsu Makan: Tips Jitu Mengatasi Hilang Selera Makan
Terapis akan membantu pengidap memahami akar masalah, mengelola stres, serta secara bertahap membuka diri untuk membicarakan pengalaman traumatis yang dialami.
– Pengobatan
Meskipun tidak ada obat khusus untuk gangguan disosiatif, dokter bisa meresepkan antidepresan, obat anti-kecemasan, atau antipsikotik untuk mengendalikan gejala mental yang menyertainya.
Penting juga untuk mencatat peristiwa penting dalam hidup, terutama trauma masa kecil atau kejadian yang memicu gangguan ini, agar dokter dapat memahami kondisi secara menyeluruh. Jangan lupa informasikan juga riwayat kesehatan dan obat-obatan atau suplemen yang sedang dikonsumsi.
– Terapi Keluarga
Dukungan keluarga sangat krusial dalam proses penyembuhan. Terapi keluarga melibatkan orang-orang terdekat untuk memahami gangguan disosiatif dan mengenali tanda-tanda perubahan kepribadian. Dengan pemahaman ini, keluarga bisa membantu pengidap mengelola transisi kepribadian yang terjadi, terutama ketika dipicu oleh stres atau situasi yang mengingatkan pada trauma.
Setiap kepribadian dalam gangguan disosiatif bisa muncul karena pemicu tertentu. Oleh karena itu, mengenali faktor-faktor yang memicu perubahan ini—seperti tekanan emosional atau ingatan traumatis—dapat membantu dalam mengelola gangguan dengan lebih baik.
(Vionisya Citra)