Dugaan Malpraktik di RS Permata Keluarga Karawang, Dinkes Tunggu Laporan Resmi

Orang tua korban
Orang tua korban kasus dugaan malpraktik yang dialami seorang anak perempuan berusia 4 tahun berinisial T di RS Permata Keluarga Karawang. --KBE--
0 Komentar

KARAWANG, KBEonline.id – Kasus dugaan malpraktik yang dialami seorang anak perempuan berusia 4 tahun berinisial T di RS Permata Keluarga Karawang menjadi perhatian luas masyarakat. Insiden infus yang diduga dilakukan berulang kali hingga menyebabkan pembengkakan dan pendarahan telah memicu kekhawatiran publik, terlebih setelah video kondisi pasien beredar di media sosial.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Karawang menyatakan telah melakukan klarifikasi langsung kepada pihak rumah sakit terkait kejadian tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Karawang, dr. Endang Suryadi, MARS, mengatakan bahwa RS Permata telah dipanggil untuk dimintai keterangan secara lisan. Namun, hingga saat ini laporan tertulis resmi dari rumah sakit masih belum disampaikan.

“Proses klarifikasi sudah kami lakukan, tetapi kami belum menerima dokumen tertulisnya. Biasanya, pihak rumah sakit akan melakukan audit internal terlebih dahulu sebelum menyerahkan laporan resmi kepada kami,” ujar dr. Endang dalam keterangannya.

Baca Juga:Ancaman DBD dan Chikungunya Meningkat, Pemkab Karawang Terbitkan Surat Edaran Antisipasi KLBDisdik Bekasi Sosialisasikan SPMD Tahun Ajaran 2025-2026

Ia menjelaskan bahwa pembengkakan akibat infus memang termasuk risiko medis yang bisa terjadi dalam kondisi tertentu, terutama pada pasien anak yang memiliki postur tubuh gemuk atau sedang dalam keadaan lemah. Situasi seperti itu bisa menyulitkan tenaga medis dalam menemukan pembuluh darah untuk pemasangan infus.

Menurut keterangan dari rumah sakit, proses pemasangan infus pada anak tersebut mengalami kesulitan hingga dilakukan enam kali. Bahkan, tindakan terakhir melibatkan dokter spesialis bedah. Namun, upaya tersebut tetap tidak menghasilkan hasil yang optimal karena kondisi pembuluh darah pasien semakin sulit diakses.

“Tindakan terakhir dilakukan oleh dokter bedah melalui prosedur venaseksi, yaitu tindakan medis khusus yang hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis. Sayangnya, kondisi pembuluh darah pasien sudah terlalu rapuh sehingga sempat pecah,” jelas dr. Endang.

Ia juga menambahkan bahwa tindakan infus dilakukan untuk menyalurkan obat dengan lebih efektif. Dari hasil pemeriksaan, pasien kecil itu didiagnosis menderita tifus dengan hasil tubex mencapai angka 10, yang menunjukkan kondisi cukup berat.

Sebelumnya, warganet dikejutkan oleh video viral yang memperlihatkan darah keluar dari bekas suntikan hingga mengotori lantai dan bantal pasien. Rekaman tersebut menuai respons negatif dari masyarakat dan mempertanyakan prosedur medis yang dijalankan oleh rumah sakit.

0 Komentar