Jelang Idul Adha, Penjualan Domba Menurun Drastis, Penjual: Ini Tahun Terburuk

Idul adha karawang
Asep, yang sudah mulai berjualan domba sejak tahun 2000, menyebut kondisi tahun ini sebagai yang terburuk selama dua dekade terakhir ia berdagang.
0 Komentar

KBEonline.id — Suasana jelang Idul Adha biasanya menjadi masa panen bagi para pedagang hewan kurban. Namun, tahun ini cerita berbeda datang dari Asep Suhendar, seorang pedagang domba musiman yang berjualan di pinggir irigasi wilayah Guro, Kabupaten Karawang. Pria asal Purwakarta itu mengaku penjualannya menurun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, Rabu (4/6/2025).

“Biasanya seminggu sebelum hari H tinggal sisa 10 atau 15 ekor, sekarang masih ada sekitar 50 ekor yang belum terjual,” ujarnya saat ditemui di lapaknya. Asep, yang sudah mulai berjualan domba sejak tahun 2000, menyebut kondisi tahun ini sebagai yang terburuk selama dua dekade terakhir ia berdagang.

Ia mengungkapkan bahwa awalnya membawa sekitar 100 ekor domba dari Purwakarta, namun hingga H-7 Idul Adha, hanya setengahnya yang berhasil terjual.

Baca Juga:NPCI Karawang Dorong Prestasi Atlet Disabilitas, Fokus pada Pendidikan dan Pembinaan Menuju Peparda 2026SMAN 9 Tambun Selatan Diwarnai Aksi Siswa Tuntut Transparansi dan Hentikan Pungutan

“Harga juga turun. Biasanya bisa laku di kisaran Rp4 juta sampai Rp5 juta per ekor, sekarang malah lebih rendah,” keluh Asep.

Menurutnya, bukan hanya dirinya yang mengalami penurunan penjualan. Beberapa pedagang lain yang berjualan di sekitar wilayah tersebut juga mengeluhkan hal yang sama. Ia menduga turunnya daya beli masyarakat dan meningkatnya minat terhadap sapi menjadi faktor utama lesunya penjualan domba tahun ini.

“Sekarang banyak orang lebih pilih sapi, mungkin karena patungan satu kampung. Kalau domba lebih cocok buat kurban pribadi,” kata Asep.

Ia sendiri mengaku sudah berdagang domba sejak lama dan merasa memiliki ikatan emosional dengan pekerjaan ini. “Saya memang dagang domba dari kampung, ini sudah jadi kebiasaan tiap tahun,” tambahnya.

Meski mengalami penurunan omset, Asep tetap setia menjalani profesinya. Setiap hari ia menjaga lapaknya yang berada di dekat saluran irigasi, berharap masih ada pembeli yang datang hingga malam takbiran.

“Masih ada harapan, biasanya orang beli mepet. Tapi jujur saja, sekarang lebih sepi,” katanya sambil tersenyum kecut.

Sebagai pedagang musiman, Asep tidak hanya menggantungkan hidup dari kurban saja. Di hari-hari biasa, ia berdagang di kampung halaman untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

0 Komentar