Bank menempuh upaya rebalancing terhadap portofolio kreditnya, sehingga total kredit yang dicatat Bank turun tipis sebesar 1,1% Y-o-Y menjadi Rp121,69 triliun oleh karena kredit korporasi yang menurun meski telah diimbangi oleh kinerja positif dari kredit ritel dan nonritel CFS.Simpanan nasabah tetap stabil sebesar Rp114,70 triliun.
Namun demikian, Giro meningkat14,2% menjadi Rp41,70 triliun didukung utamanya oleh simpanan segmen non-ritel. Tabungan stabil sebesar Rp22,80 triliun, sedangkan Deposito Berjangka turun 10,8% sejalan dengan strategi Bank untuk meningkatkan rasio CASA yang menjadi 56,2% pada Juni 2025 dari 51,3% pada Juni 2024.Platform digital Bank mengalami pertumbuhan yang kuat.
Transaksi pada M2U (ritel) meningkat 24,6% menjadi lebih dari 14 juta, sedangkan M2E (korporasi) mencatat kenaikan 14,0% menjadi lebih dari 2,4 juta transaksi.Laba Operasional Sebelum Provisi (Pre-Provisioning Operating Income) meningkat 2,8% Yo-Y menjadi Rp 1,24 triliun, meskipun biaya overhead naik 5,8% sehubungan denganpembaruan infrastruktur teknologi informasi, realisasi inisiatif strategis M25+, serta investasi pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan. Biaya provisi turun 46,2% pasca pencadangan pre-emptive tahun sebelumnya.
Baca Juga:Widih, Ratusan Truk Mitsubishi Fuso Konvoi dan Mejeng di GIIAS 2025Detik-detik Mobil Mewah Toyota Voxsi dan Yukihiro Nabae Terkubur Tanah di Gerbang Tol Karawang Barat
Kualitas aset menguat, dengan rasio Non-performing Loans/NPL membaik sebesar 2,4% (gross) dan 1,5% (net) pada Juni 2025 dari 2,7% (gross) dan 1,7% (net) pada Juni 2024. Saldo NPL menurun sebesar 12,3% Y-o-Y.
Rasio Loan to Deposit/LDR Bank saja tercatat sebesar 89,1%, dan Rasio Kecukupan Likuiditas (Liquidity Coverage Ratio/LCR) Bank saja tetap pada tingkat yang sehat sebesar 152,2%, jauh di atas ketentuan regulator sebesar 100%, dan Net Stable Funding Ratio/NSFR Bank saja berada pada level 106,8%.
Rasio Kecukupan Modal (CAR) tetap kuat pada level 26,6% dan CET1 pada level 25,4%.
Perbankan SyariahLaba Sebelum Pajak (PBT) Perbankan Syariah Maybank Indonesia sebesar Rp315 miliar, meningkat dari Rp6 miliar pada semester pertama 2024 seiring dengan biaya provisi yang menurun. Pendapatan Setelah Distribusi Bagi Hasil (Net Interest Income/NII) meningkat sebesar 18,2%, dan pendapatan operasional lainnya (Fee-based Income) tumbuh 20,7% menjadi Rp122 miliar didukung pendapatan dari Shariah Wealth Management, asset recovery, dan biaya simpanan nasabah.
Pembiayaan ritel dan non-ritel CFS tumbuh 14,5% menjadi Rp21,44 triliun. Pembiayaan nonritel meningkat 18,8%, ditopang pertumbuhan segmen Business Banking sebesar 20,0%, SME+ sebesar 13,7%, dan RSME sebesar 19,5%.