“Ini baru dugaan sementara. Hampir sebulan setengah terakhir kita sudah memasuki musim kemarau, sehingga debit air di Kali Cilemahabang menurun drastis. Dampaknya, air menjadi lebih pekat dan padat,” ujar Juru Bicara DLH Kabupaten Bekasi, Dedy Kurniawan.
Ia menjelaskan bahwa hulu Kali Cilemahabang berasal dari beberapa situ di perbatasan Kabupaten Bekasi dan Bogor, mengalir melalui Kecamatan Cibarusah hingga Cikarang Utara. Di sepanjang aliran tersebut terdapat banyak permukiman dan kawasan industri.
“Permasalahannya, dari ratusan saluran air yang berasal dari perumahan dan UMKM, hampir tidak ada yang melalui instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Ini berbeda dengan sektor industri yang masih dalam pengawasan rutin kami,” jelasnya.
Baca Juga:Tujuh Ide Lomba 17 Agustus 2025 yang Lucu, Menarik dan Seru, Bikin Acara Kampung Makin Meriah!Bisa Kasih Saldo DANA Gratis Rp100.000, Ini 5 Aplikasi Penghasil Uang untuk Dana Darurat, Bisa Sambil Rebahan!
Limbah rumah tangga, terutama dari aktivitas dapur seperti bekas cucian dan sisa makanan, berkontribusi besar terhadap pencemaran. “Detergen, sabun, minyak semua itu menghasilkan lemak yang mengendap di dasar sungai. Ketika air mengalir deras dan melewati titik turbulensi seperti pintu air, endapan ini teraduk dan menghasilkan busa,” tambahnya.
DLH Kabupaten Bekasi mengaku sudah berulang kali mencoba mencari solusi, termasuk memberi rekomendasi pembuatan IPAL mini untuk perumahan. Namun, keterbatasan lahan membuat usulan tersebut sulit direalisasikan.
“Rekomendasi sudah ada, bahkan desain IPAL mini sudah dibuat. Tapi kendala utama tetap pada sulitnya mencari lokasi pembangunan IPAL di area permukiman padat,” ungkap Dedy.
Ia juga menyebutkan bahwa kasus pencemaran Kali Cilemahabang bukan hal baru. Sejak 2020 hingga 2021, kejadian serupa terus berulang.
Disisi lain, DLH Provinsi Jawa Barat juga telah turun ke lokasi sekitar tiga pekan lalu dan mengambil sampel untuk uji laboratorium. Namun, hingga saat ini hasil uji laboratorium tersebut belum diterima oleh DLH Kabupaten Bekasi.
“Saat mereka ke lapangan, kami mendampingi. Tapi sejauh ini belum ada tembusan hasil lab. Kami juga masih menunggu arahan dari DLH Provinsi,” tandasnya. (Iky)