kbeonline.id – Fenomena pemain diaspora semakin mewarnai kompetisi BRI Super League 2025-2026. Sejumlah klub papan atas aktif mendatangkan pemain keturunan Indonesia yang sebelumnya berkarier di Eropa. Persib Bandung menjadi salah satu yang paling agresif, dengan menggaet Thom Haye dan Eliano Reijnders.
Tak hanya Persib, Persija Jakarta mendatangkan Jordi Amat, Dewa United merekrut Rafael Struick, sementara Bali United memperkenalkan striker muda Jens Raven. Kehadiran mereka membawa dampak berlapis: ada potensi besar untuk meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia, namun juga menyimpan risiko yang perlu diantisipasi.
Dampak Positif: Standar Baru untuk Kompetisi Lokal
Secara positif, kehadiran pemain diaspora di Super League menghadirkan standar baru. Mereka membawa kultur sepak bola Eropa yang maju dalam hal disiplin taktik, tempo permainan, dan etos kerja. Hal ini diakui oleh Deputy CEO PT Persib Bandung Bermartabat, Adhitia Putra Herawan, saat Persib resmi memperkenalkan Thom Haye.
Baca Juga:Wilujeng Sumping, Andrew Jung! Persib Lengkapi Kuota Pemain Asing Musim 2025-2026Wilujeng Sumping, Eliano Reijnders! Bek Timnas Indonesia Perkuat Persib Musim Ini
“Kami percaya kualitas dan pengalamannya akan menjadi tambahan penting untuk ambisi Persib,” ujar Adhitia.
Thom Haye misalnya, dikenal memiliki visi bermain tajam dan distribusi bola yang rapi. Sementara Jordi Amat menularkan ketenangan di lini belakang serta kepemimpinan di lapangan. Profesionalisme mereka bisa menjadi contoh nyata bagi pemain lokal dalam hal menjaga performa, pola latihan, hingga mental bertanding.
Bagi Timnas Indonesia, keberadaan mereka di liga domestik tentu memudahkan proses pemantauan oleh pelatih dan mempercepat integrasi dengan rekan setim ketika dipanggil ke skuad Garuda.
Tantangan dan Risiko bagi Timnas
Namun, kehadiran pemain diaspora juga menyimpan tantangan. Liga Indonesia memiliki karakter berbeda dengan kompetisi Eropa. Jika di Eropa detail taktik dan strategi menjadi prioritas, di Indonesia permainan masih sering bergantung pada improvisasi serta kemampuan individual.
Kondisi ini bisa memengaruhi perkembangan pemain diaspora. Jika terlalu lama berada di sistem yang kurang menekankan aspek taktikal, ada risiko mereka kehilangan ketajaman permainan yang justru menjadi keunggulan utama mereka.
Bagi Timnas Indonesia, hal ini tentu berbahaya. Pemain seperti Thom Haye atau Rafael Struick yang diharapkan bisa menjadi pembeda di level internasional, bisa saja tidak tampil maksimal ketika menghadapi lawan-lawan kuat di kancah Asia bahkan dunia.