Badan Pusat Statistik (BPS) Karawang mencatat, pada 2024 jumlah penduduk Cilamaya Wetan mencapai 83.551 jiwa dengan komposisi 42.252 laki-laki dan 41.299 perempuan. Dari angka sebesar itu, Sukakerta hanya sepotong kecil. Namun, di desa kecil inilah, laut dan karang menenun ulang kisah ekonomi sekaligus kebudayaan.
Nada Hana, perempuan pemerhati pariwisata asal Karawang dari Universitas Sebelas Maret, melihatnya sebagai peluang. Baginya, Tangkolak bukan sekadar dusun nelayan, melainkan pintu untuk membangun wajah baru pariwisata Karawang. “Potensi wisata Tangkolak bisa diolah menjadi daya tarik wisata bahari Karawang,” kata Nada, Kamis (11/9/2025).
Nada membayangkan Sukakerta sebagai panggung yang ramai, ada event hajat laut yang merawat tradisi, fishing trip dan penjelajahan laut bagi wisatawan, kuliner serta wisata belanja di kampung nelayan, hingga trip snorkeling ke gugus terumbu karang dengan sistem open trip yang memberi nafkah bagi warga pesisir.
Baca Juga:Doni Romdhoni Pimpin PRIMA DMI Jawa Barat 2025–2029, Usung Visi Generasi Qur’ani yang Kreatif & Berdaya SaingDPRD: RSUD Rengasdengklok Kado Spesial HUT Karawang Buat Masyarakat
“Keterlibatan aktif pemerintah, masyarakat lokal, komunitas, seniman lokal, dan pelaku usaha akan jadi landasan pariwisata berkelanjutan,” tambahnya.
Gagasan itu sejalan dengan arah kebijakan pemerintah daerah. Bupati Karawang, Aep Syaepuloh, menegaskan bahwa laut Karawang bukan sekadar sumber nafkah, melainkan juga ruang masa depan yang harus dijaga.
“Selain memiliki gunung dan sawah, Karawang juga punya laut, dengan sepuluh hingga sebelas titik terumbu karang. Tidak semua kabupaten memiliki kekayaan seperti ini,” ujar Bupati Aep, Jumat (12/9/2025).
Menurutnya, pemerintah sedang menggenjot pariwisata berbasis lingkungan, sambil berkoordinasi dengan dinas terkait agar potensi karang tidak sekadar jadi catatan di atas kertas. Namun ia juga memberi peringatan agar masyarakat tidak tergoda melakukan perburuan harta karun di situs BMKT.
“Jangan tergiur janji-janji yang belum pasti. Jangan sampai terumbu karang yang sudah bagus justru rusak karena perburuan,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa ekosistem laut bersifat rapuh, sulit dipulihkan bila hancur. Karena itu, pengelolaan harus dilakukan hati-hati, melibatkan para ahli sekaligus masyarakat.
“Kita harus menjaga bersama, bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk generasi kita nanti. Apa yang bisa pemerintah bantu, akan kita coba siapkan,” tutupnya.