Mengulur Waktu, Menebus Dosa di Jalur Laut Utara

gugus terumbu karang sendulang
Perahu nelayan Tangkolak dan deretan paranje di Gugus Terumbu Karang Sendulang.
0 Komentar

Begitulah laut Tangkolak hari ini berdiri di antara dua wajah, wajah luka masa lalu yang diingat lewat cerita Nanang, dan wajah baru yang dirajut Dama bersama kawan-kawan muda. Dari kompresor tambal ban menuju regulator, dari linggis menuju paranje, dari congkel menuju transplantasi, sebuah perjalanan pelan menebus dosa pada laut.

Bukan perkara mudah, sebab laut menyimpan ingatan panjang, dari pusara kapal VOC hingga mitos Dewi Lanjar. Namun, setiap fragmen karang yang tumbuh, setiap ikan kecil yang kembali berenang, seakan berbisik bahwa luka bisa dipulihkan.

Upaya yang ada hari ini memang hanya titik kecil di samudra luas. Dari lima ribu hektare laut Karawang yang pernah menyimpan hutan karang, Otak Jawara sudah menyentuh 0,28 hektare. Meski serupa pulau kecil di tengah padang luka. Sudah 420 paranje yang diturunkan, sudah lebih dari 3.400 fragmen yang ditanam, dan melahirkan tanda pemulihan ekosistem.

Baca Juga:Doni Romdhoni Pimpin PRIMA DMI Jawa Barat 2025–2029, Usung Visi Generasi Qur’ani yang Kreatif & Berdaya SaingDPRD: RSUD Rengasdengklok Kado Spesial HUT Karawang Buat Masyarakat

Mungkin angka itu tampak remeh, nyaris tak berarti di hadapan luasnya laut. Tapi di bawah gelombang, di antara rongga paranje yang sederhana, ikan-ikan kembali datang, karang kembali tumbuh, dan laut kembali berdenyut. Otak Jawara bukan sekadar proyek konservasi, melainkan pernyataan, bahwa masa depan tidak hanya ditentukan oleh masa lalu, melainkan juga oleh keberanian untuk menebus dosa.

0 Komentar