Mengulur Waktu, Menebus Dosa di Jalur Laut Utara

gugus terumbu karang sendulang
Perahu nelayan Tangkolak dan deretan paranje di Gugus Terumbu Karang Sendulang.
0 Komentar

Seingatnya, hingga akhir 1990-an, puluhan, mungkin ratusan kubik karang di perairan Tangkolak telah dikeruk. Hampir semua nelayan pernah ikut, meski hanya sekali atau dua kali. “Dulu saya pernah berangkat beberapa kali ke Jakarta. Ada orang di sini yang nampung, setelah banyak baru dijual. Berapa harga pastinya saya kurang tahu.”

Saat itu yang tertinggal di Tangkolak bukan sekadar uang dari hasil jual karang, melainkan juga jejak luka di tubuh laut. Dasar perairan yang dulu rapat oleh gugusan karang perlahan berubah bopeng, ikan-ikan yang biasa bersembunyi kehilangan rumah, dan arus membawa pasir menimbun bekas congkelan.

Namun apa yang terjadi di Tangkolak hanyalah potongan kecil dari arus besar yang melanda dunia pada dekade 1980 hingga 1990-an. Saat itu, hobi akuarium laut tumbuh pesat di kota-kota besar dunia. Permintaan karang hidup, ikan hias, dan batu karang yang masih ditumbuhi organisme melonjak drastis.

Baca Juga:Doni Romdhoni Pimpin PRIMA DMI Jawa Barat 2025–2029, Usung Visi Generasi Qur’ani yang Kreatif & Berdaya SaingDPRD: RSUD Rengasdengklok Kado Spesial HUT Karawang Buat Masyarakat

Indonesia pun terseret deras ke dalam arus itu. Dari ujung timur hingga barat nusantara, karang hidup diangkat, dikemas dalam boks stirofoam, lalu diterbangkan ke berbagai negara. Di Karawang, patahan-patahan karang yang semula hanya digantung di pintu rumah atau ditanam di pekarangan, tiba-tiba punya harga di pasar global.

Fenomena ini bukan hanya cerita kampung. Dalam sebuah esai penting berjudul “The New Threat to Coral Reefs: Trade in Coral Organisms” yang diterbitkan di Issues in Science and Technology (2000), ilmuwan karang Andrew W. Bruckner menunjukkan bagaimana Indonesia menempati pusat pusaran perdagangan ini. Ia menulis, lebih dari 800 spesies ikan karang dan ratusan jenis karang serta invertebrata diekspor setiap tahun untuk memenuhi pasar akuarium dunia. Sebagian besar ikan berasal dari terumbu karang Filipina dan Indonesia, yang disebutnya sebagai wilayah laut dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, sementara sebagian besar karang batu berasal dari Indonesia.

Bruckner menegaskan, Indonesia adalah pengekspor organisme terumbu karang terbesar di dunia. Ironisnya, di balik status itu, praktik penangkapan ikan dengan bahan peledak, sianida, hingga penambangan karang hanya menyisakan lima hingga tujuh persen terumbu karang Indonesia pada tahun 1996 yang masih memiliki tutupan sangat baik. Ia bahkan mencatat, Indonesia mengekspor sekitar 900.000 karang batu setiap tahun ke pasar Amerika Serikat, dan berbagai negara lain.

0 Komentar