Di tengah sunyi itu, justru kabar tentang laut kembali mencuat, bukan soal ikan, melainkan tentang harta karun di dasarnya. Pada Juni 2020, Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan datang ke Karawang. Di hadapan Bupati Cellica Nurrachadiana, diumumkan rencana mendirikan Galeri BMKT (Benda Muatan Kapal Tenggelam). Guci, piring, dan mangkuk hasil temuan nelayan akan dipindahkan ke Bale Indung Nyi Pager Asih. Pemerintah menyebutnya wisata edukasi, pusat informasi sejarah kelautan, ruang belajar bagi pelajar hingga mahasiswa.
“Bisa jadi pusat pengetahuan sejarah maritim Karawang,” ujar Bupati Cellica kala itu.
Namun bagi Ade, kabar itu seperti pisau bermata dua. Ia paham nilai sejarah, tapi juga mencium bahaya. “Yang ditakutkan, orang kembali mengira dasar laut itu tempat harta, bukan bagian ekosistem yang harus dijaga,” katanya. BMKT, kata Ade, bisa jadi magnet baru bagi pemburu, mengulang luka lama pada karang Tangkolak.
Baca Juga:Doni Romdhoni Pimpin PRIMA DMI Jawa Barat 2025–2029, Usung Visi Generasi Qur’ani yang Kreatif & Berdaya SaingDPRD: RSUD Rengasdengklok Kado Spesial HUT Karawang Buat Masyarakat
Setelah itu, jejak Ade mulai meredup. Pandemi membuat laut makin sepi, kampung Tangkolak masuk dalam masa senyap. Kesadaran yang sempat menyala kecil padam tertiup angin. Karang yang bopeng tetap bopeng. Nelayan masih bergantung pada kompresor, dan laut tetap menanggung beban diam-diam.
Hingga pada tahun 2022, bara itu kembali ditiup. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), masuk ke Tangkolak. Mereka tak datang sebagai pemburu, mereka membawa satu ide sederhana yang sulit, mengubah pemburu karang menjadi penjaga karang.
Dari pertemuan itulah, muncul nama-nama baru, Dama Saputra dan kawan-kawan yang berhimpun dalam kelompok Pandu Alam Sendulang (PAS), menggandeng peneliti karang dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Institut Pertanian Bogor (IPB), dan menamai programnya Otak Jawara alias Orang Tua Asuh Karang di Laut Utara Jakarta dan Jawa Barat.
Di atas kertas, program ini tampak seperti jargon Corporate Social Responsibility (CSR). Di lapangan, ia menuntut hal paling berat yakni, mengubah kebiasaan, memberi alternatif, dan menunggu alam bekerja pada kecepatannya sendiri.
Associate Monitoring Pemulihan Environmental PHE ONWJ, Ahmad Salman Alfarisi mengatakan, Program Otak Jawara ini fokusnya pada pembuatan modul bernama paranje. Salman menjelaskan itu adalah media transplantasi terumbu karang seperti yang sudah pernah dilakukan tahun 2016 hingga 2018 di Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. Modul ini bertujuan untuk mengembalikan ekosistem terumbu karang.