KBEonline.id- Dalam momentum Hari Tani Nasional (24 September 2025) yang diwarnai sejumlah aksi hari ini di berbagai kota di Indonesia, Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) merilis Pernyataan Sikap serta mendesak Reforma Agraria Sejati dijalankan pemerintah.
Ada 24 masalah Struktural Agraria dirilis sebagai peta masalah aktual di desa & kota, mulai dari ketimpangan penguasaan tanah, pengusiran warga, konflik berkepanjangan, hingga privatisasi pesisir.
9 Tuntutan Perbaikan ditujukan langsung kepada Presiden dan DPR RI: dari redistribusi tanah, penyelesaian konflik, pembekuan Bank Tanah & moratorium konsesi, sampai reorientasi APBN/APBD ke pembangunan agraria rakyat.Angka dari lapangan:
Indeks ketimpangan penguasaan tanah 0,58; disebut 60 keluarga menguasai 26,8 juta ha.
Baca Juga:Perkuat Komitmen di Dunia Vokasi, Honda Kembali Resmikan Pos AHASS TEFA di SMK Rosma Karawang7 Taman Keren di Karawang, Cocok untuk Liburan Asyik Keluarga dan Pacar
3.234 letusan konflik (7,4 juta ha) dengan 1,8 juta keluarga terdampak dalam 10 tahun terakhir; 63 konflik terjadi 3 bulan pasca pelantikan presiden.
Petani gurem 17 juta (62%); upah buruh tani ± Rp1,5 juta/bulan.
Konversi sawah: tinggal ±7,38 juta ha (2024).
Pernyataan Sikap Hari Tani Nasional 2025 Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)
Rakyat dan Kekayaan Bangsa Setiap Hari Dijarah. Presiden dan DPR RI Segera Laksanakan Reforma Argraria Sejati Sekarang Juga
Pada peringatan Hari Tani Nasional (HTN) tahun ini, kami Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menilai bahwa para Penyelenggara Negara telah gagal memenuhi kewajiban kepada Petani, Nelayan, Masyarakat Adat dan Rakyat kecil lainnya.
Akibatnya, Indonesia terus “memanen” berbagai konflik agraria di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusra, Maluku dan Papua yang meneteskan darah dan air mata rakyat.
Konflik agraria berupa perampasan tanah dan pengusiran rakyat dari tanah-airnya yang berlangsung di berbagai tempat menandakan adanya kejahatan agraria, mulai dari korupsi agraria dan sumberdaya alam; monopoli penguasaan tanah, kebun, hutan dan tambang, pengkaplingan laut-pulau-pulau kecil, eksploitasi kekayaan alam secara membabi-buta, perusakan alam dan lingkungan oleh segelintir konglomerat, Ironisnya, ketika berbagai kejahatan agraria tersebut tengah berlangsung rakyat masih harus menerima ancaman kebebasan berserikat, kriminalisasi, kekerasan POLRI-TNI dan security perusahaan, hingga kehilangan nyawa.
Rakyat Indonesia telah memperlihatkan perlawanan atas situasi ini. Kita semua telah menyaksikan gelombang perlawanan Rakyat yang terjadi secara beruntun di berbagai wilayah Indonesia.