Film Live-Action 5 Centimeters per Second Ungkap Konsep Baru yang Siap Bikin Haru!

Film Live-Action 5 Centimeters per Second Ungkap Konsep Baru yang Siap Bikin Haru!
Film Live-Action 5 Centimeters per Second Ungkap Konsep Baru yang Siap Bikin Haru!
0 Komentar

KBEOnline.id – Buat pecinta anime romantis, 5 Centimeters per Second itu judul yang susah dilupakan. Film karya Makoto Shinkai ini rilis tahun 2007 dan langsung terkenal gara-gara visual langitnya yang cantik, cerita yang puitis, dan tema jarak emosional yang rasanya masih nempel sampai sekarang.

Dua puluh tahun berlalu, kisahnya hidup lagi lewat versi live action yang digarap Yoshiyuki Okuyama. Nama Okuyama sendiri udah dikenal lewat video klip “Kick Back”-nya Kenshi Yonezu dan film At the Bench. Adaptasi baru ini pertama kali diputar di Busan International Film Festival 2025, dan penonton, plus kritikus luar negeri, langsung jatuh hati.

Pendekatan Sinematik yang Dekat dan Apa Adanya

Kalau versi anime dulu dipenuhi monolog dan simbolisme, Okuyama di sini lebih milih pendekatan yang realistis. Ia fokus sama ekspresi dan emosi aktor yang terasa alami, bukan dibuat-buat. Banyak adegan diambil dalam long take, tanpa banyak potongan. Hasilnya, emosi para pemain terasa lebih nyata, kayak kita ngintip kehidupan mereka beneran.

Baca Juga:Fenomena Baru! Donghua Lord of Mysteries Populer di China, Namun Tuai Kebingungan Fans!Double Project! Blue Lock Season 3 dan Film Live-Action Tayang Bareng di 2026!

Bukan cuma itu, Okuyama juga berani tampil beda. Alih-alih pakai filter digital warna-warni, ia cetak hasil digitalnya ke film 16 milimeter. Efeknya, gambar jadi lebih lembut, hangat, dan ada sentuhan nostalgia yang mengingatkan kita sama karya Shinkai versi asli.

Buat Okuyama, teknik ini bikin penonton bisa ngerasain sunyi dan sedihnya Takaki Tono, bukan dari kata-kata, tapi dari bahasa tubuh dan ekspresi kecil yang kadang jauh lebih jujur daripada dialog.

Cerita yang Lebih Luas, Emosi yang Lebih Dalam

Versi ini durasinya hampir dua kali lebih panjang dibanding versi anime. Dengan waktu lebih banyak, kita bisa ngikutin perjalanan Takaki dari remaja sampai dewasa. Hari-harinya di kantor, rutinitas yang membosankan, sampai perjuangannya menghadapi kehilangan yang nggak pernah benar-benar sembuh, semuanya ditampilkan lebih dalam.

Ada juga tambahan motif baru kayak Golden Record Voyager dan karakter pemilik planetarium yang membuat tema memori dan keterhubungan manusia makin kaya. Karakter Midori, yang dulu cuma sekilas, sekarang porsinya jauh lebih besar, bikin dinamika emosi Takaki makin rumit.

0 Komentar