Perubahan harga yang dinamis ini menimbulkan pertanyaan mengenai keberlanjutan model bisnis internet rakyat dalam jangka panjang. Ada dugaan bahwa harga awal tersebut merupakan strategi “bakar uang” untuk penetrasi pasar atau mungkin terkendala oleh regulasi anti-persaingan usaha.
Meskipun demikian, patokan harga Rp 100.000 untuk kecepatan 100 Mbps tetap menjadi proposisi nilai yang sangat agresif dan jauh lebih hemat dibandingkan kompetitor mana pun di Indonesia saat ini.
Bagaimana mungkin sebuah perusahaan menyediakan internet super cepat dengan harga yang begitu murah?
Baca Juga:Nama Karawang Harum di Kancah Nasional, Sonic Futsal Academy Juara Liga AAFI Nasional 2025Dinas Cipta Karya Tuntaskan Pembangunan Gedung Baru Mapolsek Babelan
Rahasianya terletak pada kombinasi frekuensi khusus dan teknologi Open Radio Access Network (Open RAN).
Layanan ini beroperasi pada pita frekuensi 1,4 GHz, sebuah frekuensi yang dinilai ideal untuk layanan internet rumahan karena memiliki daya tembus dinding yang lebih baik dibandingkan frekuensi tinggi, namun memiliki kapasitas data yang lebih besar dibandingkan frekuensi rendah.
Selain frekuensi, kunci efisiensi biaya ada pada penerapan Open RAN. Dalam infrastruktur telekomunikasi tradisional, operator biasanya “terkunci” pada satu vendor besar untuk seluruh perangkat keras dan lunak mereka, yang membuat biaya investasi menjadi sangat mahal. Open RAN mengubah aturan main ini dengan:
Memungkinkan perangkat keras dan lunak dari vendor yang berbeda untuk bekerja bersama (interoperabilitas).
Menggunakan perangkat keras standar yang lebih umum dan murah, alih-alih perangkat proprietary yang mahal.Memudahkan pembaruan jaringan melalui software, tanpa harus mengganti perangkat keras secara fisik.
Dengan menggunakan Open RAN, biaya pembangunan jaringan (CAPEX) dan biaya operasional (OPEX) dapat ditekan drastis.
Penghematan inilah yang kemudian diteruskan kepada konsumen dalam bentuk tarif langganan internet rakyat yang terjangkau.
Baca Juga:Penyakit Miskin Warga UMR: Demi Gengsi, iPhone Dicicil, Masa Depan DikorbankanMenanti Duet Gelandang Timnas Ivan Jenner, Thom Haye dan Marc Klok di Persib Bandung, Profil Lengkap Ivan Jenn
Teknologi ini, yang dikembangkan bersama mitra dari Jepang, OREX SAI, digadang-gadang sebagai masa depan efisiensi telekomunikasi global.
Kesiapan Infrastruktur dan Tantangan Implementasi di Indonesia
Meskipun konsep dan harganya sangat menjanjikan, realisasi di lapangan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Kesiapan infrastruktur menjadi sorotan utama. Surge (WIFI) telah memenangkan lelang frekuensi 1,4 GHz untuk Zona 1 yang mencakup wilayah strategis seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, serta sebagian Sumatera dan Kalimantan. Namun, memenangkan izin frekuensi hanyalah langkah awal.
