Hubungan Industrial Tidak Kondusif Pabrik-pabrik Pindah, Karawang-Bekasi Mulai Ditinggalkan 

Industri
Relokasi industri.
0 Komentar

KBEonline.id— Pergerakan dunia industri manufaktur di Indonesia sedang memasuki fase perubahan besar. Dua pusat industri terbesar nasional, Cikarang dan Karawang, yang selama bertahun-tahun menjadi lokasi favorit investor global, kini terlihat mulai ditinggalkan banyak perusahaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pabrik skala menengah hingga besar tercatat menutup operasinya atau merelokasi produksi ke daerah lain yang dinilai lebih kompetitif.

Fenomena ini dipicu oleh kombinasi faktor ekonomi, sosial, dan kebijakan ketenagakerjaan. Tingginya Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Karawang dan Bekasi menjadi alasan utama.

Baca Juga:Ikuti Keseruan Maybank Cycling Series Il Festino 2025. Kegiatan Gowes Ke-BIKE-an Tanggal 30 November1.000 (Pembangunan) Masalah Rumah Panggung Dedi Mulyadi, Ketua DPRD Kabupaten Bekasi Minta Kaji Ulang

Keduanya termasuk wilayah dengan UMK tertinggi di Indonesia, sehingga beban biaya tenaga kerja terus meningkat secara signifikan. Bagi industri padat karya yang bertumpu pada efisiensi, kondisi tersebut dinilai tidak lagi menarik dan mempersempit ruang profit.

Dalam periode 2021–2024, sejumlah sektor seperti garmen, tekstil, otomotif komponen, plastik, serta elektronik tercatat merelokasi fasilitas produksinya.

Di Karawang, beberapa pabrik tekstil besar menghentikan operasional akibat tingginya biaya upah dan beban energi. Sementara di Bekasi, sejumlah perusahaan otomotif komponen memutuskan pindah ke Jawa Tengah setelah melakukan kalkulasi biaya produksi jangka panjang.

Selain faktor upah, dinamika hubungan industrial ikut mendapat sorotan investor. Kawasan industri di barat Jakarta kerap menjadi episentrum aksi serikat pekerja, terutama pada momen penetapan upah setiap akhir tahun.

Situasi yang dinilai tidak stabil ini dianggap dapat mengganggu kepastian produksi dan rantai pasok, sehingga perusahaan lebih memilih daerah dengan iklim hubungan industrial yang lebih tenang.

Akibat kombinasi faktor tersebut, arus perpindahan industri terus mengalir ke wilayah lain. Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY menjadi lokasi yang paling diminati karena menawarkan upah lebih rendah, ketersediaan kawasan industri baru, infrastruktur yang membaik, serta insentif investasi yang semakin agresif.

Sejumlah kawasan seperti Kendal, Sragen, Ungaran, Gresik, hingga Pasuruan kini tumbuh cepat sebagai magnet baru industri.

Baca Juga:Jika Malam Stasiun Cikarang Jadi “Hotel Dadakan”, Saat Kereta Tak Lagi Ramah Bagi Pekerja  Pemkab Bekasi Klarifikasi Skor MCSP KPK: Bukan Anjlok, Terkendala Keterlambatan Administrasi

Perubahan ini menandai pergeseran peta manufaktur nasional. Jika satu dekade lalu Karawang dan Bekasi menjadi poros utama investasi berkat kedekatan dengan Jakarta, tenaga kerja melimpah, dan infrastruktur modern, kini pusat gravitasi industri beralih ke wilayah tengah dan timur Jawa yang lebih kompetitif secara biaya.

0 Komentar