Kembangkan Teknologi Alsintan dan Bisnis Pertanian
PURWAKARTA – Dosen Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) kembangkan alat mesin pertanian (Alsintan) untuk bantu para Petani Serai Wangi. Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tersebut berlangsung di Desa Sukajaya, Purwakarta, Selasa (27/9/2022).
Kegiatan PKM ini merupakan hibah dari DPRM Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi) yang bertujuan untuk memberikan solusi bagi para petani serai wangi dalam melakukan proses produksi dan mengurangi cost atau biaya pertanian bagi Kelompok Petani Serai Wangi yang bergerak di bisnis pertanian.
Nanti tambahin ya, saya lupa:Kegiatan Program Kemitraan Masyarakat ini merupakan hibah dari DRPM Kemendibud-ristek dengan nomor kontrak 085/E5/RA.00PM/2022 dan 127.5/UN64.10/PM/2022
Baca Juga:Pengrajin Keramik Plered Inovasi Desain BaruFaktor Ekonomi, 1.676 Pasangan Bercerai
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilakukan oleh Dosen Universitas Singaperbangsa Karawang yang diketuai oleh Deri Teguh Santoso, S.T., M.T dan dua anggota dosen lainnya yaitu Rianita Puspa Sari, S.T., M.T dan Winda Rianti, S.P., M.Si.
Deri Teguh selaku ketua PKM mengatakan sebelumnya ia telah melakukan komunikasi dan koordinasi terkait pelaksanaan PKM bersama dengan ketua kelompok tani serai wangi, Fuja.
“Alat PKM yang bernama Alinstan ini dirancang untuk membantu permasalahan yang ada pada petani serai wangi. Sejak tanggal 04 Juli 2022, kami melakukan komunikasi dan koordinasi, serta telah melakukan diskusi forum untuk melaksanakan kegiatan PKM,” terang Teguh, Selasa (27/9/2022).
Teguh mengatakan hasil diskusi bersama para petani berjalan dengan baik. Kegiatan tersebut juga menjadi media untuk silaturahmi serta pengabdian kepada mitra bisnis dalam bidang sektor pertanian.
“Selama ini masalah utama mengenai alat panen memang belum ada di pasaran sehingga masih menggunakan alat konvesional berupa arit dan memakan waktu yang cukup lama. Untuk memanen, selama 1 minggu hanya bisa memanen 1 hektar. Sehingga membutuhkan tenaga harian atau buruh tani yang cukup besar,” terang Fuja.
Fuja juga bercerita tentang kendala petani terkait upah buruh harian yang memperbesar anggaran untuk biaya panen. Selain itu, Fuja juga mengeluh karena selama ini belum pernah ada kegiatan penyuluhan ataupun berbagi pengetahuan baik dari akademisi maupun pemerintah kepada petani serai wangi.