Eceng Gondok Disulap Kerajinan Bernilai Ekonomi

Eceng Gondok Disulap Kerajinan Bernilai Ekonomi
KERAJINAN : Susi Lestari, warga Kampung Cibule, Desa Sukasari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta manfaatkan tanaman eceng gondok menjadi sesuatu hal yang bernilai ekonomis.
0 Komentar

PURWAKARTA – Tanaman enceng gondok dikenal sebagai tumbuhan gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Namun rupanya dibalik kerugian yang ditimbulkan juga memberikan manfaat menjadi sesuatu hal yang bernilai ekonomis.Seperti yang dilakukan Susi Lestari, warga Kampung Cibule, Desa Sukasari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta. Ditangan dara cantik berusia 17 tahun itu tanaman gulma yang menganggu aktivitas warga saat menggunakan transportasi air di wilayah waduk jatiluhur itu disulap menjadi sebuah kerajinan tangan.Susi bercerita, awalnya menekuni anyaman dari eceng gondok ini bermula dari keprihatinan atas pertumbuhan tanaman dengan nama ilmiah Eichornia crassipes itu massif dan merajai di Waduk Jatiluhur.“Ide membuat kerajinan tangan dari eceng gondok ini, karena saya liat banyak ditemukan eceng gondok dan kadang dianggap mengganggu di waduk Jatiluhur. Kebetulan rumah saya tidak jauh dari waduk jatiluhur ini,” ucap Susi, saat ditemui dikediamanya.Wanita yang lahir pada Agustus 2005 itu, mengaku kerajinan tangan tersebut dibuatnya tersebut setelah sebelumnya mengikuti pelatihan agar hasil yang diperoleh lebih menarik dan bernilai ekonomi. “Saya melihat kreativitas yang sudah ada. Jadi, saya juga merasa tertantang bagaimana memanfaatkan tanaman hama yang tidak berguna menjadi sesuatu yang bernilai jual tinggi,” tutur Susi.Setelah pelatihan, mojang cantik Asli Kecamatan Sukasari itu terus mengembangkan dirinya. Tidaklah sulit dan tanpa kendala berarti, sebab bahan baku utamanya ia dapatkan secara cuma-cuma.“Modalnya tidak banyak, karena hanya memerlukan eceng gondok yang gratis didekat rumah dan peralatan yang dibutuhkan seperti gunting dan mall kayu,” kisah Susi.Dari tangan terampilnya ia berhasil membuat aneka kerajinan seperti tas, topi, tempat tisu, dan berbagai macam lainnya yang tentunya berbahan dasar eceng Gondok.Susi berkisah, sebelum diolah atau dibentuk, eceng gindok terlebih dahulu dikeringkan selama empat hari hingga satu minggu. Bila sudah mengering optimal, lalu dibasahi kembali untuk memudahkan dirajut.Demi mengembangkan skillnya, Susi terus mempelajari dari berbagai sumber yang ada di internet, baik itu melalui media sosial ataupun artikel untuk memperluas pengetahuan dan kecakapannya.Susi meyebut, di wilayah tempat tinggalnya sendiri, ia melihat antusias warga masih kurang menggeluti kerajinan eceng gondok. Padahal, potensi ekonomi dari hasil kerajinan tangan berbahan tanaman gulma ini sangatlah lumayan.“Namun, saya optimis kreativitas yang dilakukan in punya prospek pasar yang baik ke depannya dan bisa dikembangkan di masyarakat yang berada di lingkungan dekat rumah saya ini,” ungkapnya.Ia berharap, karya-karyanya dapat diterima ke depannya sebagai sebuah karya kreatif yang ramah lingkungan.“Harapan saya, karya kami bisa dikenal, diberi semangat. Diberi peluang untuk dapat dipasarkan baik di Kabupaten Purwakarta ataupun diluar Kabupaten Purwakarta agar kami bisa semakin berkembang,” pungkasnya. (san/rie)

0 Komentar