BEKASI-Kisruh antara manajemen lama dan manajemen baru, serta pemegang saham PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) tak kunjung berakhir. Saling klaim masih terjadi. Bahkan kini dampaknya kian memburuk: investor asing sudah melepas saham KIJA mencapai Rp 122 miliar di semua pasar dari awal tahun hingga awal pekan Agustus ini atau year to date (ytd).
Mengacu data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), setahun terakhir, asing bahkan sudah keluar Rp 291 miliar di semua pasar (terutama pasar reguler) dari saham KIJA. Sentimen kisruh internal Jababeka ini tampaknya cukup meyakinkan langkah para investor segera angkat koper.
Pada penutupan perdagangan Jumat lalu (9/8) saham KIJA, yang sempat disuspensi pada 8 Juli lalu dibuka kembali pada 19 Juli, masih anteng di tren rendah yakni di level Rp 306/saham, tak jauh berbeda dari Senin awal pekan lalu. Secara harian, saham emiten kawasan industri di Cikarang ini bergerak dalam rentang Rp 304 – 308/saham.
Senin sore nanti (12/8), manajemen baru pun mengundang sejumlah media untuk menjelaskan duduk perkara dan dampak persoalan internal perusahaan terhadap kinerja. “Hasil RUPS Tahunan KIJA pada 26 Juni 2019 telah menimbulkan simpang siur pemberitaan di media untuk menjelaskan perkara dan efeknya ke bisnis perusahaan,” tulis manajemen baru, dalam undangan yang diterima awak media.
Hadir dalam pertemuan Senin ini yakni Iwan Margana, Presiden Direktur PT Pratama Capital Assets Management, Alfa Sri Aditya, Direktur Pratama Capital Assets Management, dan Sugiharto, Direktur Utama KIJA versi RUPS Tahunan pada 26 Juni. Kisruh ini memang bermula ketika perseroan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada 26 Juni 2019.
Dalam RUPST tersebut, disetujui pengangkatan Sugiharto sebagai direktur utama dan Aries Liman sebagai komisaris Jababeka yang baru. Saat voting itu, dua pemegang saham Jababeka yakni PT Imakotama Investindo dan Islamic Development Bank (IDB) memberikan kuasa masing-masing kepada Iwan Margana dan Pratama Capital Assets Management.
Per Juni 2019, Imakotama memegang 6,66% saham KIJA, sementara IDB punya 11,30%. Sisa saham KIJA dipegang terbesar oleh Mumin Ali Gunawan (pendiri Grup Panin) 21,09%, Hadi Rahardja (komisaris) 2,80%,