Menelisik Cilempung: Dicap Kampung Begal, Padahal Penduduk Aslinya Religius

Upaya Para Dai Kembalikan Pasirjaya sebagai Desa Santri

Desa Pasirjaya, di Kecamatan Cilamaya Kulon, identik dengan kampung begalnya yang sadis di Dusun Cilempung, serta Wisata Tanjung Baru-nya yang kontroversi. Namun, tak banyak orang yang tahu. Jika desa di ujung utara Karawang itu, menyimpan sejuta potensi luar biasa.

WAHYUDI, Karawang

STIGMA miring masyarakat Karawang dari Desa Pasirjaya, sudah melekat selama belasan tahun. Tak sedikit orang awam bilang, kampung begal itu, terlalu mengerikan untuk dikunjungi.

Namun nyatanya, hasil penelusuran KBE di Desa Pasirjaya, 180 derajat berbeda dari apa yang orang kebanyakan fikir dari desa legendaris itu.

Selain Cilempung dan Tanjung Baru yang fenomenal. Di Desa Pasirjaya, juga ada Kampung Ceah. Dimana mayoritas keseharian masyarakatnya menjunjung tinggi azaz-azaz keagamaan, dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Kampung Ceah di Desa Pasirjaya masih sangat asri. Meski modernisasi sudah masuk ke kehidupan warganya. Namun, suasana khas pedesaan pesisir Karawang masih terasa kental.

Setiap sore menjelang malam, ibu-ibu mengenakan busana muslim, berbondong-bondong datang ke majlis tak’lim yang sangat menjamur disana. 

Sementara, ba’da salat Isya menjelang malam giliran bapak-bapak dengan peci dan sarung, menggelar kajian di belasan majlis yang tersebsar di Dusun Ceah.

“Banyak orang melihat Desa Pasirjaya sebelah mata. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya ada di desa ini,” ungkap pemuka agama Dusun Ceah, Haji Ismail kepada KBE, Rabu, (13/11).

Ia juga menceritakan, jauh sebelum para pendatang menginvasi Desa Pasirjaya. Dusun Ceah jauh lebih terkenal dari pada Dusun Cilempung.

“Dulu, Desa Pasirjaya disegani karena kesantrian masyarakatnya, terutama di Dusun Ceah ini,” tegasnya.

Ismail menjelaskan, cap merah yang ditudingkan pada tanah kelahiranya terjadi, akibat ulah segelintir oknum penjahat, yang membawa virus buruk bagi anak-anak muda di Desa Pasirjaya.

“Pribuminya baik-baik, masih menjunjung tinggi amanat leluhur. Yaitu jadi santri yang taat dan alim,” katanya.

Untuk memperbaiki semua citra buruk itu, lanjut Ismail, ia bersama pemuka agama di Dusun Ceah berkomitmen, untuk menggalakan kegiatan agama. Serta mengajak

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *