Rupiah Ditutup Melemah 0,22%, Tekanan Terhadap Mata Uang Lokal Makin Terasa!

Rupiah Ditutup Melemah 0,22%
Rupiah Ditutup Melemah 0,22%
0 Komentar

KBEONLINE.ID– Pada hari Selasa, (29/10), Rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan melemah. Rupiah dibuka pada Rp 15.725/US$ dan ditutup pada Rp 15.755/US$, melemah 0,22%.

Dilansir dari CNBC Indonesia, tekanan terhadap nilai tukar Rupiah juga mempengaruhi mayoritas mata uang Asia lainnya, menurut Edi Susianto, kepala departemen manajemen aset moneter dan sekuritas BI. Ia menyatakan bahwa persepsi akan kondisi global yang buruk adalah akar penyebab tekanan ini.

“Saya melihat perkembangan nilai tukar mata uang Asia hari ini banyak yang melemah terhadap Dolar AS, faktor pendorongnya berasal dari sentimen global yang kurang kondusif,” ujar Edi.

Baca Juga:Kucing Kesayangan Prabowo, Bobby Kertanegara Viral Usai Pindah ke Istana Kepresidenan!OJK Resmi Gabung Global Asia Insurance Partnership: Perluas Kerja Sama Internasional di Sektor Asuransi!

Edi mengklarifikasi bahwa perkembangan rilis data fundamental Amerika Serikat yang melebihi ekspektasi pasar adalah kondisi global yang ia maksud. Ia mengklaim bahwa antisipasi pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) yang lebih agresif teredam dengan adanya rilis data tersebut.

“Ditambah lagi pernyataan para pejabat The Fed yang cenderung tidak terlalu dovish,” katanya.

Edi mengklaim bahwa serangan balasan Israel terhadap Iran merupakan faktor lain yang berkontribusi terhadap tekanan ini. Ia menyatakan bahwa Indeks Dolar AS (DXY) menguat karena faktor geopolitik. Terakhir, ia menyatakan bahwa perlambatan data-data dasar dari China dan Eropa merupakan faktor lain yang berkontribusi terhadap tekanan ini.

Dengan perkembangan kondisi ini, Edi menyatakan bahwa BI akan tetap berada di pasar. Menurutnya, BI menggunakan triple intervention untuk menjaga keseimbangan permintaan-penawaran valuta asing di pasar.

“Kami tentu menjaga pasar dengan masuk ke pasar melalui triple intervention untuk memastikan atau menjaga keseimbangan permintaan-permintaan valuta asing di pasar, sehingga kepercayaan pasar tetap terjaga,” katanya.

Menurut Bank Indonesia (BI), depresiasi nilai tukar Rupiah, yang diikuti oleh mata uang utama lainnya di kawasan Asia, merepresentasikan skenario pasar yang semakin dipengaruhi oleh ketidakpastian global. Ketegangan geopolitik dan data statistik ekonomi Amerika Serikat yang solid meningkatkan tekanan terhadap mata uang, terutama Rupiah.

BI mengumumkan bahwa mereka akan terus melakukan intervensi untuk menjaga nilai tukar agar tetap stabil. Kebijakan intervensi tiga kali lipat digunakan untuk menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan valuta asing, sehingga menjaga kepercayaan pasar terhadap nilai tukar meskipun faktor eksternal terus memberikan tekanan.

0 Komentar