IHSG Bergejolak! Kebijakan Suku Bunga The Fed dan BI Jadi Pemicu Utama

0 Komentar

Menurut Perry, stabilitas nilai tukar saat ini menjadi prioritas utama bank sentral. Pergeseran di seluruh dunia, seperti niat Presiden AS terpilih Donald Trump untuk kebijakan perdagangan, kenaikan imbal hasil obligasi AS, dan meningkatnya pola inflasi dunia, menimbulkan kecurigaan akan hal ini.

Seperti yang telah diantisipasi oleh pasar, The Fed menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,35-4,50% pada hari Kamis dini hari waktu Indonesia. Namun, bank sentral AS mengindikasikan akan lebih berhati-hati di balik penurunan tersebut.

Menurut The Fed, kemungkinan besar mereka hanya akan memotong dua kali lagi pada tahun 2025. Dot plot terbaru bulan November ini mencerminkan perkiraan ini. Dot plot adalah sebuah matriks yang merefleksikan ekspektasi dan opini setiap anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai suku bunga di masa depan.

Baca Juga:WhatsApp Konfirmasi Meta AI Belum Bisa Diakses di Beberapa Wilayah, Pengguna Kecewa!Mary Jane Veloso Diserahkan ke Filipina, Pemerintah Indonesia Akhiri Proses Hukum yang Panjang

Bahkan menurut dot plot terbaru, yang terakhir diperbarui pada bulan September dengan ekspektasi penurunan 100 basis poin pada tahun 2025, dua pemangkasan yang diantisipasi pada tahun 2025 hanyalah setengah dari target komite.

“Dengan langkah hari ini, kami telah menurunkan suku bunga sebesar satu poin persentase dari level tertinggi, dan sikap kebijakan kami menjadi lebih longgar. Sebagai hasilnya, kami dapat melanjutkan dengan lebih berhati-hati ketika menilai penyesuaian suku bunga kebijakan di masa depan.” kata Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers setelah pertemuan.

Dampak dari kebijakan ini akan berdampak pada IHSG dan stabilitas nilai tukar rupiah, yang merupakan kekhawatiran utama bagi pasar dan perekonomian Indonesia.

0 Komentar