Tak hanya berdampak pada pertanian, sistem irigasi juga memperkuat aspek sosial budaya masyarakat. Jalan inspeksi di sepanjang tanggul saluran kerap digunakan warga sebagai jalur transportasi, menciptakan ruang sosial yang mempererat interaksi antar desa.
“Perlu disadari bahwa irigasi ini bukan hanya persoalan air, tapi juga kebudayaan. Sistem ini membentuk cara hidup, pola tanam, hingga struktur sosial masyarakat Karawang,” tambahnya.
Saat ini, jaringan irigasi yang dibangun seratus tahun lalu itu dikelola oleh Perum Jasa Tirta II. Selain mendukung pertanian, air dari bendung juga digunakan untuk industri dan penyediaan air baku PDAM, menjadikannya sebagai infrastruktur multifungsi yang masih relevan hingga kini.
Baca Juga:IPKB Karawang Gandeng Universitas Sehati Indonesia Tekan Angka Stunting Lewat Seminar dan EdukasiHendak Berangkat ke Sekolah, Kakak Beradik Tewas Terlindas Truk di Jalan Kosambi-Curug, Begini Kronologinya
“Dengan luas area irigasi mencapai 87.209 hektar, tidak berlebihan jika Karawang dikenal sebagai ‘lumbung padi nasional’. Semua ini bermula dari keberadaan Bendung Walahar,” tegas Obar.
Sebagai warisan teknik dan budaya, Bendung Walahar patut dilestarikan. Perlu ada upaya konkret dari pemerintah dan masyarakat untuk menjaga keberlanjutannya.
“Bendung ini tidak hanya bagian dari sejarah, tapi juga masa depan pertanian Karawang,” pungkas Obar Subarja.(Aufa)