KBEonline.id- Makin ngeri saja, pola pergaulan bebas para pekerja seks komersil atau PSK, Waria dan Gay di Karawang Bergeser ke dunia digital.
Fenomena kelompok berisiko penularan infeksi menular seksual (IMS) di Kabupaten Karawang menunjukkan pergeseran pola yang cukup signifikan.
Jika pada awal tahun 2000-an aktivitas kelompok tersebut kerap terdeteksi di ruang-ruang fisik seperti terminal, taman kota, atau lokasi prostitusi terbuka, kini mereka lebih banyak berinteraksi dan bertransaksi melalui platform digital.
Baca Juga:Alhamdulillah, Tender Proyek APBD Karawang Sudah Capai 68 Persen, Bupati Aep Full Konsen Dorong PenyelesaianBupati Aep Soroti Disiplin ASN dan Tegaskan Larangan Pungutan dalam Penerimaan Siswa Baru
Hal itu disampaikan oleh Yana Aryana, Staf Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Karawang.
Ia mengatakan bahwa kelompok populasi kunci seperti lelaki seks lelaki (LSL), waria, dan pekerja seks komersial (PSK) kini lebih tertutup secara fisik namun aktif melalui media sosial.
“Dulu hotspot seperti Betok Mati menjadi lokasi yang mudah dipetakan, sekarang sudah sulit karena mereka berpindah ke dunia online,” ujar Yana.
Menurutnya, pemetaan populasi berisiko sudah dilakukan sejak tahun 2009 dan terus berlanjut secara berkala, termasuk pada 2011, 2016, 2019, hingga terakhir pada 2022.
Namun, sejak kemunculan teknologi digital dan aplikasi ponsel pintar, aktivitas kelompok ini mengalami pergeseran signifikan.
“Kalau dulu ketemunya bisa sampai ratusan orang dalam satu malam, sekarang 30 saja sudah banyak. Titik-titik lama mulai hilang, digantikan dengan interaksi berbasis aplikasi,” jelasnya.
Yana menyebutkan bahwa grup-grup komunitas yang dulu aktif secara langsung kini lebih eksklusif dan hanya terbuka dalam lingkaran mereka.
Baca Juga:Inilah Tampang Para Pencuri Motor di Cikarang Timur, Cikarang Pusat, Cikarang Barat, dan Cikarang UtaraInilah Adam Przybek, Penjaga Gawang Anyar Persib dengan Tinggi 192 Cm
“Ada grup Facebook yang sudah ada sejak 2011, namun aktivitasnya mencuat baru-baru ini. Isinya tidak hanya komunitas LSL, tetapi juga pelaku open BO (booking online),” tambahnya.
KPA Karawang juga mencatat bahwa penyebaran penyakit menular seksual seperti sifilis kembali meningkat. Yana menuturkan bahwa sifilis menjadi “gerbang” awal sebelum terinfeksi HIV/AIDS.
“Gejalanya terlihat, seperti nyeri di area kelamin atau muncul kutil. Beda dengan HIV yang tidak bergejala, jadi sifilis ini bisa langsung terdeteksi di puskesmas,” tuturnya.
Ia mengungkapkan bahwa aktivitas pergaulan bebas juga banyak ditemukan di tempat hiburan malam, gym, dan kafe. Remaja juga menjadi kelompok yang rawan terpapar.