Yang menarik, meskipun sudah banyak makanan kekinian bermunculan, Peuyeum Bendul tetap punya tempat sendiri di hati masyarakat. Bahkan saat ini, banyak inovasi olahan peuyeum yang makin memperkaya variasi kulinernya.
Salah satunya adalah colenak peuyeum bakar yang disajikan dengan saus kelapa parut dan gula merah. Rasanya manis gurih, cocok disantap hangat-hangat.
Ada juga peuyeum ball, camilan modern berbentuk bola-bola kecil dari peuyeum yang digoreng. Bentuknya lucu, rasanya renyah di luar, lembut di dalam. Biasanya disajikan dengan taburan gula halus. Cocok buat camilan sore atau teman minum teh.
Baca Juga:BREAKING NEWS: Kereta Argo Bromo Anjlok di Pegaden Subang, 5 Gerbong TerlemparSiap- siap, 4 Pebalap Muda Didikan Astra Honda Geber Lintasan Balap IATC Malaysia
Olahan lainnya yang juga mulai populer adalah brownies peuyeum alias browyeum, variasi brownies dengan aroma tape yang khas dan tekstur yang lebih padat.
Kalau suka yang berkuah dan segar, kamu bisa coba rucuh tape. Ini olahan peuyeum yang dimasak bersama santan, gula merah, dan daun pandan. Rasanya manis legit dan bisa dinikmati dalam kondisi hangat ataupun dingin pakai es batu. Di tengah maraknya dessert luar negeri, menu tradisional seperti ini tetap punya penggemar setia.
Peuyeum Bendul juga punya kelebihan dari sisi harga. Terjangkau, tapi punya rasa dan kualitas yang bisa diadu. Tak heran kalau makanan ini jadi favorit untuk oleh-oleh, terutama bagi mereka yang lewat Purwakarta menuju Bandung, Jakarta, atau sebaliknya. Cukup mampir sebentar di area Bendul, kamu bisa bawa pulang rasa khas Purwakarta yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.
Kehadiran Peuyeum Bendul juga memperkaya narasi kuliner Jawa Barat secara keseluruhan. Di tengah gempuran fast food dan makanan kekinian, peuyeum ini tetap eksis tanpa kehilangan jati diri. Bahkan, justru mulai dilirik sebagai bahan dasar kuliner kreatif oleh generasi muda. Tradisi dan inovasi berjalan beriringan, sebuah pemandangan yang jarang tapi sangat berharga.
Lebih dari sekadar camilan, Peuyeum Bendul adalah cerita tentang warga desa yang menjaga resep warisan, tentang jalanan yang selalu ramai pengunjung, dan tentang rasa yang terus hidup meski zaman berubah.
Setiap potongan tape punya jejak tangan-tangan sabar yang mengolahnya secara alami. Di sinilah, keaslian rasa bertemu dengan kekuatan tradisi.