KBEonline.id- Hasil survey dari PraxiSurvey menemukan para pengguna Mobil Listrik di Indonesia memprioritaskan faktor jangka panjang, bukan soal harga.
Di tengah pergeseran lanskap otomotif nasional, tren mobil listrik menunjukkan geliat yang semakin kuat dan menjadi sebuah keniscayaan. Seiring meningkatnya minat publik terhadap kendaraan listrik, yang tercermin dari data pengunjung Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 yang meningkat menjadi 485.569 orang dari 475.084 di tahun sebelumnya, menandakan antusiasme publik yang tinggi.
Lanskap preferensi konsumen otomotif Indonesia menunjukkan sebuah pergeseran fundamental. Bukan lagi sekadar terpikat harga murah, para calon pengguna mobil listrik kini telah berevolusi menjadi konsumen yang lebih matang, dengan pertimbangan yang lebih berorientasi pada fungsi dan nilai jangka panjang.
Baca Juga:Kenapa Sih Burung Maleo Lebih Pilih Jalan Kaki daripada Terbang, Padahal Dia Burung?Patut Dicontoh, Program Ketahanan Pangan Budidaya Ayam Petelur di Desa Serang Progresnya Mencapai 70 Persen
“Melihat tren tersebut, Praxis sebagai agensi public relations (PR) dan public affairs (PA) meluncurkan hasil riset kelima kami yang berjudul ‘Potensi dan Tantangan Mobil Listrik di Indonesia dari Persepsi Pengguna’. Survei ini secara komprehensif memotret perilaku, preferensi, dan aspirasi dari 1.200 pengguna mobil listrik di 12 kota besar di Indonesia, memberikan peta jalan yang jelas bagi para pemangku kepentingan industri,” jelas President Director Praxis, Adwi Yudiansyah.
Temuan Survey yang Menarik
Survei ini menghasilkan beberapa temuan menarik: Daya tahan baterai (35,17%) menjadi faktor lebih penting bagi pengguna mobil listrik, mengungguli harga beli (21,33%) dan reputasi merek (18,5%).
Saat dihadapkan pada pilihan promosi, mayoritas responden (52%) menyatakan garansi baterai sebagai penawaran yang paling memengaruhi keputusan pembelian mereka, diikuti dengan diskon harga beli (30%) dan bundling wall charger (10%).
Pun hampir separuh responden (46%) menempatkan ketersediaan infrastruktur sebagai prioritas kebijakan utama, yang mencakup perluasan akses Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan jaminan ketersediaan bengkel resmi yang mumpuni.
Meskipun 79% pengguna menilai pengalaman berkendara mobil listrik lebih baik dibandingkan mobil konvensional, 78% pengguna juga merasa rata-rata durasi pengisian daya selama 6 jam terlalu lama.
Angka ini sangat jauh dari durasi ideal yang mereka harapkan, yaitu 1-2 jam atau kurang. Selain itu, media sosial (51%) terbukti menjadi platform paling efektif sebagai sumber informasi bagi pengguna mobil listrik dibandingkan pameran otomotif (22%).