Apa Saja Faktor Risiko Stunting pada Anak? Ini Jawabannya!

Faktor Risiko Stunting (Pixabay/RitaE)
Faktor Risiko Stunting (Pixabay/RitaE)
0 Komentar

Diagnosis Stunting

Sebelum menetapkan diagnosis stunting, dokter akan melakukan konsultasi mengenai jenis makanan yang dikonsumsi oleh Si Kecil, riwayat pemberian ASI, keadaan kesehatan selama kehamilan dan setelah melahirkan, hingga situasi lingkungan di sekitar tempat tinggal.

Informasi tersebut memiliki signifikansi penting karena stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari pola makan yang tidak sesuai, kondisi ibu selama masa kehamilan hingga kondisi sanitasi di lingkungan tempat tinggal.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda stunting pada anak, termasuk pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan. Jika tinggi badan anak berada di bawah kurva pertumbuhan merah yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ini dapat menjadi indikasi adanya stunting. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan tambahan seperti:

  1. Tes darah, yang dapat mengidentifikasi gangguan kesehatan seperti TBC, infeksi kronis, atau anemia.
  2. Tes urine, yang bertujuan untuk mendeteksi keberadaan sel darah putih dalam urine sebagai tanda infeksi.
  3. Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi infeksi parasit atau intoleransi laktosa.
  4. Ekokardiografi atau USG jantung, guna mendeteksi adanya penyakit jantung bawaan pada bayi.
  5. Foto Rontgen Dada, untuk mengevaluasi kondisi jantung dan paru-paru.
  6. Tes Mantoux, pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis penyakit TBC yang dapat menjadi penyebab stunting pada anak.**
0 Komentar