Lain di Desa, Lain di Kota

Lain di Desa, Lain di Kota
SOSIALISASI : Ketua Panitia PPDB SMPN 2 Cilamaya Wetan, Ratih, saat sosialisasi aturan BDR di sekolah.
0 Komentar

Melihat Pelaksanaan KBM di Era New Normal

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di awal semester tahun ajaran 2020/2021 akan sangat berbeda dari tahun sebelumnya. Pasalnya, di era new normal dari Pandemi Covid-19 ini, pemerintah menganjurkan siswa untuk Belajar dari Rumah.

WAHYUDI, KARAWANG

PEKAN ini, harusnya ratusan siswa baru di SMP Negeri 2 Cilamaya Wetan, datang ke sekolah untuk mengikuti kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Namun, bukannya siswa yang datang, ruang-ruang kelas disana justru di isi penuh oleh para wali murid. Diketahui, para orang tua siswa itu, datang ke sekolah untuk mengikuti bimbingan teknis dari guru. Perihal skema penerapan KBM BDR yang rencananya bakal di terapkan selama satu semester ini. Kepala SMPN 2 Cilamaya Wetan, Dudi Heryanto mengungkapkan, sesuai surat edaran Kemendikbud nomor nomor 15 tahun 2020 juga SKB Empat Mentri, tentang kegiatan belajar di rumah beserta metodenya. Seperti diketahui, kata Dudi, Kabupaten Karawang masih berada pada zona kuning Covid-19. Artinya, proses KBM tidak memungkinkan dilakukan di sekolah. “Metode yang kita pakai ada dua cara, diantaranya metode daring atau online, kemudian luring dengan turun langsung ke kelompok-kelompok belajar siswa,” ungkap Dudi, saat ditemui KBE, Senin, (13/7) di sela-sela kegiatan MPLS. Dudi bilang, hasil kajian dewan guru, untuk menetapkan satu metode daring dengan sistem online di wilayah Cilamaya masih sangat sulit. Pasalnya, kata Dudi, tak semua siswa SMP disana memiliki smart phone canggih yang mendukung untuk KBM online.

“Hasil pendataan, hanya ada 60 persen siswa di SMPN 2 Cilamaya Wetan yang memiliki smart phone. Sisanya, kita buat kelompok belajar. Nanti guru-guru akan keliling ke sana,” jelasnya.
Kata Dudi, permasalahan KBM di sekolah pesisir sangat kompleks. Selain terkendala alat. Mereka yang sudah memiliki smart phone juga dipastikan belum tentu memiliki kuota atau signal hand phone yang stabil di lingkungan rumahnya.
“Permasalahan kita di sini sangat kompleks. Jauh kalau di bandingkan dengan sekolah-sekolah di perkotaan,” tandasnya.
Disinggung soal efektifitas, Dudi mengakui, jika kegiatan belajar semacam ini dipastikan tak akan memenuhi target kurikulum. Sesuai arahan Mendikbud, kata Dudi, pihaknya saat ini lebih memprioritaskan kesehatan dan keamanan siswanya. Dari pada target kurikulum.

0 Komentar