Buat Kerajinan, Sulap Limbah Jadi Rupiah

0 Komentar

Melihat Aktivitas Anak Nelayan Tangkolak di Tengah Pandemi

Tangan-tangan mungil anak nelayan di pesisir Pantai Tangkolak, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan, nampak sudah piawai dalam mengolah limbah menjadi kerajinan. Setiap hari, di masa libur sekolah karena pandemi. Mereka datang ke Saung Atap Langit, untuk menyulap limbah jadi rupiah.

WAHYUDI, CILAMAYA WETAN

Di bawah asuhan Ade Saefaturahman, atau yang akrab disapa Aboy Atap Langit. Anak-anak nelayan yang banyak waktu luang saat tak ada pembelajaran tatap muka di sekolah, menjadi lebih produktif di masa pandemi Covid-19 ini.

Selain diajak untuk membuat kerajinan dari bahan limbah di sekitar rumahnya. Anak-anak nelayan disana juga belajar mengaji, membaca, dan menulis di Saung Atap Langit bersama Aboy.

Baca Juga:Kalah Adu Penalti, Harus Puas Jadi Runner UpGaduh Relawan Cellica Kokang Senjata

“Kita manfaatkan limbah yang ada di sekitar. Seperti bekas kerang, duri ikan, jaring, dan karung goni. Termasuk limbah dari PLTGU Cilamaya juga, kita olah jadi kerajinan disini,” ujar Aboy kepada KBE, Senin, (24/8) kemarin.

Aboy bilang, hasil jerih payah anak-anak nelayan itu, kemudian di jual secara online dan mandiri oleh anak-anak di Saung Atap Langit. Hasil penjualan barang-barang kerajinannya, kata Aboy, sudah disepakati, 30 persen untuk membangun saung, 20 persen untuk sumbang anak yatim, dan 50 persen lagi untuk uang jajan anak-anak disana.

“Kerajinannya macam-macam. Ada lukisan, aksesoris, hiasan rumah, hingga lemari dan mebel kita buat disini bersama anak-anak,” kata seniman berambut gondrong itu.

Ayah dari pelukis cilik fenomenal asal Karawang, Aldrik Saefaturahman itu menyebut, produktifitas anak-anak saung jadi lebih meningkat. Lantaran aktifitas pembelajaran di sekolah pada masa pandemi ini tidak terlalu padat.

Namun, kata dia, agar tak tertinggal materi akademik dalam proses pembelajaran jarak jauh. Tak jarang, sambil membuat kerajinan, mereka belajar berkelompok di saung sederhana itu.

“Pendidikan akademik itu penting, jadi jangan sampai ditinggalkan. Selain itu, skill juga harus di asah, biar seimbang,” katanya.

Aboy mengakui, jika proses pemasaran dari hasil kerajinan anak-anak asuhnya mengalami penurunan yang signifikan. Penyebabnya, tak lain karena lesunya ekonomi masyarakat nelayan. Setelah di hantam Pandemi Covid-19 selama enam bulan terakhir.

0 Komentar