Masjid Agung Djenne yang Berarsitektur Terunik, Terbuat dari Tanah Lumpur Liat yang Dilindungi Unesco

Masjid Agung Djenne yang Berarsitektur Terunik, Terbuat dari Tanah Lumpur Liat yang Dilindungi Unesco
0 Komentar

KBEONLINE. ID. Kota Djenne terkenal dengan arsitektur berlumpurnya, terutama Masjid Agung Djenne, yang menjadi bangunan berbahan tanah lumpur terbesar di dunia.

Kota yang terletak di wilayah Pedalaman Delta Niger di Mali tengah ini merupakan pusat penyebaran Islam di Afrika pada abad ke-15 dan ke-16, dan masih menjadi penggambaran arsitektur Islam yang luar biasa di sub-Sahara Afrika.

Setiap musim semi, festival yang berlangsung satu hari menyatukan seluruh penduduk kota dalam salah satu pertunjukan paling unik dari perpaduan sosial dan perayaan komunal dari keyakinan dan warisan sejarah.

Baca Juga:6 Merk AC Terbaik 2023, Cepat Dingin dan Hemat Listrik Cek Selengkapnya Salah Satunya Yang Kamu PakaiMana AC Yang Bagus Tahan Lama Dinginnya AC Polytron Smart Neuva Pro VS LG Cek Keunggulannya

Dinding Masjid Agung Djenné direkonstruksi menggunakan lumpur setiap bulan April dalam acara yang digelar selama satu hari yang epik, yang disebut Crépissage (memasang plester).

Karena hanya menggunakan lumpur sebagai pelapisnya, kondisi masjid ini kerap menurun dari waktu ke waktu. Karena itulah, masyarakat Muslim setempat berinisiatif memperbaiki masjid ini setahun sekali.

Crépissage tidak hanya merupakan ritual pemeliharaan penting bangunan yang dirancang untuk melindungi dinding masjid dari keretakan dan keruntuhan, tetapi juga merupakan festival yang merayakan komunitas, keyakinan, dan warisan Djenné.

Malam sebelum hari perbaikan bangunan, seantero desa diramaikan obrolan menyambut hari spesial itu di mana penduduk setempat pun ambil bagian dalam karnaval yang dikenal sebagai La Nuit de Veille, atau The Waking Night.

Jalan-jalan Djenné yang diterangi cahaya bulan berdering dengan nyanyian dan ketukan drum sebelum peluit ditiup sekitar pukul 04:00 untuk menandakan awal dari acara yang paling penting.

Struktur bangunannya membutuhkan penguatan setiap tahunnya – demikian juga rumah tradisional lain – sebelum musim hujan Mali yang singkat namun brutal tiba, yang sebagian besar terjadi pada bulan Juli dan Agustus, ketika hampir seluruh curah hujan tahunan rata-rata 1.000 mm akan turun.

Usaha luar biasa ini memastikan bahwa masjid akan selamat dari musim hujan, meskipun bentuknya sedikit berubah setiap tahun.

0 Komentar