Mengungkap Sosok Santri-Santri Pertama di Tanah Karawang

Mengungkap Sosok Santri-Santri Pertama di Tanah Karawang
SANTRI PERTAMA: Syekh Quro Karawang (kanan) dan Prabu Siliwangi, Raja Pakuan Pajajaran Pasundan.
0 Komentar

Dari Syekh Quro Sampai Prabu Siliwangi

Tanah Karawang adalah tanah sejarah. Banyaknya peristiwa besar besar yang dulu terjadi di Karawang, membuatnya kini dijuluki sebagai kota pangkal perjuangan. Sejarah mencatat, Karawang bukan hanya menjadi saksi Kemerdekaan Indonesia, tapi juga saksi peradaban Islam Nusantara pertama kali muncul di Tanah Karawang.

WAHYUDIKARAWANG

Fakta sejarah terungkap itu terungkap, saat KBE berbincang dengan salah satu tokoh santri ternama di Kabupaten Karawang. Yaitu, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Karawang, KH. Ahmad Ruhyat Hasbi atau yang akrab disapa Kang Uyan.
Kang Uyan menceritakan, sosok santri pertama di Kabupaten Karawang ialah Syekh Hasanuddin atau Syekh Qurotul Ain atau Syekh Mursahadatillah atau yang kini dikenal dengan nama Syekh Quro.
Sama seperti cerita dalam naskah sejarah islam di Indonesia. Syekh Quro pertama kali datang ke Karawang melalui jalur laut dari negeri cina untuk kepentingan berniaga. 
Syekh Quro pertama kali datang ke Pulau Jawa masuk ke dalam aliran besar Sungai Citarum dan menyandarkan kapalnya daerah Tanjung Pura pada masa itu, yang kini diperkirakan daerah itu ada di sekitar jembatan Galuh Mas Karawang.

Syekh Quro kemudian menetap di Karawang dan mendirikan Pondok Pesantren Pertama di Pulau Jawa. Tepatnya di Kampung Pulo Bata, Desa Pulokelapa, Kecamatan Lemahabang Wadas. Sejarah mencatat, itu adalah pesantren pertama dan tertua di Indonesia. Dengan nama Pesantren Pondok Quro yang memiliki arti pondok belajar Al-Quran pada tahun 1.418 masehi atau 1.340 saka.
“Kanjeng Syekh Quro ini punya puluhan santri. Yang paling terkenal itu Nyai Subang Larang. Selain cantik, dia juga merdu dalam melantunkan Al-Qur’an,” kata Uyan bercerita.
Setelah bertahun-tahun mengajarkan agama islam pada penduduk Karawang. Nama Syekh Quro yang membawa ajaran baru pada masa itu mulai jadi pergunjingan. Ajaran agama yang berlawanan dengan kerajaan pada saat itu, bahkan mengundang perhatian raja padjajaran, yaitu Prabu Siliwangi.
Sang raja yang merasa terusik akan adanya agama baru di lingkungan kerajaan Padjajaran. Turun langsung menemui Syekh Quro dengan niatan untuk menegur. Bersama bala tentaranya pada saat itu, sang raja menuju Pondok Quro untuk menemui Syekh Quro.

0 Komentar