SMK IPTEK Paling Mahal di Cilamaya

SMK IPTEK Paling Mahal di Cilamaya
Engkos Kosim
0 Komentar

Tapi Pendaftar PPDB Sudah 500 Siswa

KARAWANG– Di tengah situasi Pandemi Covid-19, sejumlah sekolah di Kabupaten Karawang tengah membuka penerimaan peserta didik baru. Sulitnya kegiatan mengumpulkan masa, membuat Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) jadi kurang jadi perhatian publik sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Namun, hal itu tak berlaku bagi SMK IPTEK Cilamaya. Sekolah yang berdiri gagah di Desa Tegalsari, Cilamaya Wetan itu, sudah penuh sesak dengan 500 peserta didik baru yang mendaftar. Padahal, untuk ukuran sekolah swasta di Cilamaya, bahkan di Karawang, SMK IPTEK Cilamaya dikenal sebagai sekolah yang mahal. Mengingat aktivitas pendidikan disana sangat mengedepankan kualitas dan praktik lapangan.

Kepala SMK IPTEK Cilamaya, Engkos Kosim membenarkan, jika biaya sekolah di SMK IPTEK Cilamaya adalah yang paling mahal dari sekolah-sekolah tetangga di sekelilingnya.

Namun, program-program yang ditawarkan SMK IPTEK Cilamaya, selalu jadi idaman bagi para peserta didik dan orang tua. Meskipun di kenal high class, namun SMK IPTEK Cilamaya justru menggratiskan biaya SPP setahun pertama seluruh peserta didiknya.

Baca Juga:Sekolah Wajib Terapkan Protokol KesehatanDinkes Gelar Swab Tes di Pangkalan

“Kuota yang kita siapkan tahun ini 680 siswa baru. Sampai sekarang sudah ada 500 lebih yang mendaftar. Itu untuk 15 kelas dengan 8 jurusan yang ada di SMK IPTEK Cilamaya,” ujar Engkos kepada KBE, kemarin (22/6) di ruang kerjanya.

Engkos mengatakan, PPDB di tengah pandemi ini sangat dirasakan kesulitannya oleh panitia PPDB SMK IPTEK Cilamaya. Dan mungkin seluruh sekolah kejuruan swasta lain di Kabupaten Karawang.

Pasalnya, sambung Engkos, selama ini, SMK IPTEK Cilamaya selalu membuka pendaftaran secara manual dengan mengumpulkan banyak siswa dan orang tua di sekolah.

Namun, di situasi pandemi seperti saat ini. Hal tersebut tak bisa dilakukan. Karena itu, pihaknya menggelar PPDB secara daring melalui sistem yang sudah mereka ciptakan sendiri.

“Tapi kendalanya banyak orang tua dan siswa yang belum paham daftar via daring ini. Makanya, kita juga tetap buka jalur manual, dengan menerapkan protokol Covid-19,” kata Engkos.

“Dari 500 yang sudah daftar itu, 40 persen diantaranya daftar online, sementara siswanya datang langsung ke sekolah,” tandasnya.

0 Komentar