KBEonline.id – Tahun Baru Islam atau 1 Muharram menjadi salah satu momen penting dalam kalender Hijriah bagi umat muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Peringatan Tahun Baru Islam 2025 akan jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025.
Bulan Zulhijah 1446 H yang menandai akhir tahun Hijriah akan berakhir pada Kamis, 26 Juni 2025.
Sedangkan, 1 Muharram 1447 H yang menjadi awal tahun baru Hijriah jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025.
Baca Juga:Sentra Grosir Cikarang Masih Semrawut, PKL Abaikan Aturan Jam OperasionalBingung Malam Minggu Mau Ke Mana? Rekomendasi Cafe di Purwakarta yang Cocok Dijadikan Tempat Nongkrong
Pergantian tahun ini tidak hanya bersifat simbolis, namun juga sarat akan makna historis dan spiritual.
Hari itu juga menjadi momen penting untuk merenung, berhijrah, dan memperbarui niat hidup.
Salah satu amalan yang sangat dianjurkan saat pergantian tahun Hijriah adalah membaca doa akhir tahun dan awal tahun.
Membaca doa merupakan bentuk pengharapan kepada Allah SWT agar diberi keberkahan, keselamatan, dan ampunan di tahun yang baru.
Doa akhir dan awal tahun tercantum dalam kitab Maslakul Akhyar karya Habib Utsman bin Yahya, Mufti Jakarta aband ke-19-20 M.
Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun Baru Hijriah 2025
Dikutip dari nu.or.id, doa akhir tahun dibaca sebelum magrib pada akhir tahun pada 30 Zulhijah bertepatan pada Kamis, 26 Juni 2025.
Sementara, doa awal tahun dibaca setelah magrib pada 1 Muharram. Sebab, perhitungan tahun Hijriah dimulai setelah terbenamnya matahari.
Baca Juga:Daftar Anime Summer 2025 beserta Sinopsis dan Jadwalnya, Ada Dandadan Musim 2 hingga Jigoku Sensei Nube (2025)Twinkle Twinkle Lucky Stars, Bioskop Trans TV Malam Ini 25 Juni 2025: Lima Sekawan Lindungi Informan Polisi
Doa awal tahun ini dibaca sebanyak 3 kali dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam.
Dengan doa ini, diharapkan pembacanya mendapat anugerah dan kemurahan Allah pada tahun baru ke depan.
Berikut bacaan doa awal tahun dan akhir Tahun Baru Islam 2025.
Doa Akhir Tahun 2025
اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ
Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da‘autanî ilat taubati min ba‘di jarâ’atî ‘alâ ma‘shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ karîm.