Dihantui Covid-19, Terpaksa Dagang Demi Sang Ibu

Dihantui Covid-19, Terpaksa Dagang Demi Sang Ibu
PENJUAL BENDERA: Pedagang Bendera Merah Putih di sepanjang jalan Pantura Karawang, mengeluh omset yang turun.
0 Komentar

Cerita Miris Rakyat Kecil dari Pinggir Jalanan Karawang

Pandemi korona memang membuat susah banyak orang. Apalagi untuk rakyat kecil yang mencari nafkahnya serabutan tak menentu. Banyak kisah dari pinggiran kampung dan pinggiran kota yang membuat hati terharu.

WAHYUDIKarawang

Muhammad Didin (25) sudah jadi yatim sejak usianya 10 tahun. Sebagai anak semata wayang. Didin yang bertanggung jawab jadi tulang punggung keluarga, menggantikan sang ayah yang sudah tiada.

Sehari-hari, Didin hanya bekerja serabutan. Sejak ayahnya meninggal. Didin putus sekolah. Ia terpaksa bekerja serabutan, untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan sang ibu yang sudah renta.

Baca Juga:Got Tuparev Pencemar Citarum?Jelang Pilkada, Pejabat Polres Dirotasi

Ini bulan Agustus. Seperti tahun-tahun sebelumnya. Didin pergi ke pengrajin bendera langganannya, untuk memulai aktifitas musiman berdagang bendera merah putih di sepanjang jalan pantura.

Didin tinggal di zona hitam Covid-19 Karawang. Tepatnya di Kecamatan Tirtajaya. Ia sendiri mengaku sempat ragu untuk berjualan bendera tahun ini. Pasalnya, beberapa bulan lalu, kerabatnya di kecamatan sebelah, meninggal karena terpapar penyakit asal Wuhan itu.

“Tapi ini peluang satu tahun sekali. Kalau tidak dagang rugi. Tapi kalau dagang, sebenarnya saya juga takut,” kata Didin, kepada KBE, Minggu, (9/8/2020) disela-sela waktunya berdagang.

Didin bukan satu-satunya pedagang bendera merah putih di jalan pantura. Dari Tanjung Pura sampai Cikampek saja. Sudah tak terhitung berapa banyak pedagang musiman yang menjamur disana.

Biasanya, sebut Didin, setiap hari jelang 17-an. Berjualan bendera adalah aktifitas yang paling menghasilkan. Dalam kondisi normal, kata dia, para pedagang itu bisa meraup omset Rp. 500 ribu bahkan satu juta rupiah dalam satu hari.

Namun, di tengah kondisi Covid-19 sekarang. Omset mereka turun derastis. Disisi lain, Didin harus tetap menjual barang dagangannya yang ia ambil dari penjahit. Karena, kalau tidak habis. Didin akan merugi.

“Sekarang mah kita tidak bicara omset pak. Asal ini ke jual saja, kita sudah senang. Soalnya, kalau tidak laku, kita rugi,” keluh pemuda itu.

Baca Juga:Sekda Kota Bekasi Berikan Pembinaan PPIDDisebut Maling, Apdesi Laporkan Nitizen

Jika rugi, Didin mungkin tak bisa membayar hutang-hutangnya di warung satu bulan terakhir. Kata dia, sejak Hari Raya Idul Fitri kemarin, ia sangat sulit mendapat pekerjaan serabutan. 

0 Komentar