Diyakini Berasal dari 3 Peradaban Masa Lalu

Diyakini Berasal dari 3 Peradaban Masa Lalu
JEJAK PURBA: Situs arkeologi Kutamanah berupa tumpukan batu beraturan tanpa direkat menggunakan semen, memanjang tingginya berpariasi antara 1-3 meter.
0 Komentar

Menyusuri Jejak Artefak Megalitikum di Lahan Perhutani Kutamanah

Artefak itu berbentuk benteng batu yang tersusun rapi dan memanjang. Terletak di kawasan Perhutani Parang Gombong Desa Sukamanah Kecamatan Sukasari Purwakarata dengan luas sekitar dua hektare.

HASAN KOBRAPurwakarta

Jejak arkeologi biasanya ditemukan warga setempat. itulah awal ditemukan artefak ini oleh masyarakat yang membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Saat itu warga dikagetkan adanya tumpukan batu beraturan tanpa direkat menggunakan semen, dengan memanjang tingginya berpariasi antara 1-3 meter. Selain itu ditemukan puluhan meja batu, juga reruntuhan batu yang terkubur. Kades Kutamanah Maman Surahman mengatakan, situs tersebut awal ditemukan oleh masyarakat pada tahun 2018. Saat itu warga masyarakat membuka lahan perhutani untuk dijadikan pertanian. “Waktu itu hanya sekitar beberapa benteng batu yang ditemukan, dan sempat dibiarkan,” ujarnya. Pada satu bulan lalu, lahan yang ada situs batu kembali digali kembali oleh aparat desa setempat bersama warga. Ternyata benteng cukup panjang dan banyak, akan tetapi ada yang sudah runtuh dan ambles karena tergerus air. Meski sudah dilaporkan ke Pemkab Purwakarta, namun hingga saat ini belum diteliti oleh ahli/Arkeologi. Maman menduga situs tersebut peninggalan dari legenda Sangkuriang. Dan itu berdasarkan dari keterangan leluhur di Desa Kutamanah bahwa sejarah Sangkuriang awalnya di desa tersebut. Situs tersebut dinilai memiliki sejarah dan harus diestarikan, akan tetapi keberadaanya perlu dibuktikan oleh yang berwenang, dan pihaknya saat ini masih menunggu. Hasil penemuan juga diduga memiliki nilai sejarah dan cocok dijadikan destinasi wisata. Harapan itu setidaknya diungkapkan salah seorang tokoh masyarakat setempat, Ahmad Fadil. Dia mengharapkan pemerintah menerjunkan tim ahli untuk meneliti batu yang biasa disebut batu peti itu. “Kami inginnya ada peneliti kemudian pemerintah mendorong lokasi ini menjadi destinasi wisata,” ungkap dia. Dikatakan, sejak beberapa tahun terakhir ada mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi hingga para ahli arkeologi dan sejarah melakukan penelitian dan menguji sample batu, dan kabarnya batu tersebut berasal dari 3 peradaban kebudayaan yaitu tahun 2400 Sebelum Masehi (SM),1621 SM, dan tahun 792 M. Menurutnya, jika lokasi batu peti telah menjadi destinasi wisata akan mampu menarik perhatian wisatawan. Apalagi ditunjang dengan pemandangan eksotis dari pegunungan dan perairan Danau Jatiluhur menambah keindahan di sekitar batu peti. “Rencana kami akan fokus kepada pengembangan pariwisata saja, tinggal akses jalan yang belum maksimal dan baru pengajuan ke pemerintah mudah- mudahan secepatnya dapat terealisasi,” ujar dia. (*)

0 Komentar