Impor Listrik RI dari Malaysia Menurun, Benarkah Pemerintah Fokus dengan Energi Terbarukan?

Impor Listrik
Impor Listrik RI dari Malaysia Menurun
0 Komentar

KBEONLINE.ID– Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia tampaknya mengimpor listrik dari Malaysia dan negara-negara tetangga lainnya selama 10 tahun terakhir. Sebenarnya, ada peningkatan yang nyata dalam jumlah tersebut.

Peningkatan ini adalah hasil dari peningkatan kebutuhan energi yang disebabkan oleh ekonomi negara yang sedang berkembang dan populasi beberapa daerah yang berkembang pesat. Oleh karena itu, terutama di daerah perbatasan yang lebih dekat dengan Malaysia, mengimpor tenaga listrik dari Malaysia menjadi salah satu cara untuk memenuhi permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh pasokan dalam negeri.

Berdasarkan data dari Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2023, menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor 892,91 Giga Watt hour (GWh) tenaga listrik dari negara sekitar pada tahun 2023. Dibandingkan dengan realisasi tahun 2022, yang dilaporkan sebesar 797,38 GWh, jumlah ini tumbuh sebesar 11,98%.

Baca Juga:Lonjakan Perceraian Akibat Judi: Ancaman Baru yang Mengkhawatirkan di IndonesiaFilm "Ipar Adalah Maut", Kisah Kehancuran Rumah Tangga Karena Perselingkuhan

Faktanya, Indonesia mengimpor lebih sedikit listrik dari Malaysia dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Lebih dari 1.000 GWh listrik diimpor oleh Indonesia dari Malaysia antara tahun 2017 dan 2020.

Meskipun demikian, terdapat peningkatan tajam sebesar 27.289% dalam impor listrik Malaysia pada tahun 2023 dibandingkan dengan data impor tahun 2013. 3,03 GWh merupakan “satu-satunya” jumlah listrik yang diimpor dari Malaysia pada tahun 2013.

Kementerian ESDM sebelumnya mengklarifikasi bahwa kebutuhan kelistrikan Kalimantan Barat terpenuhi dengan mengimpor listrik dari Malaysia.

Sementara itu, listriknya dipasok oleh Sarawak Electricity Supply Corporation (SESCO), sebuah divisi dari Sarawak Energy Berhad.

Karena SESCO memiliki dan menjalankan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), biaya listriknya jauh lebih rendah dibandingkan di Kalimantan Barat, di mana bahan bakar minyak (BBM) jenis High Speed Diesel (HSD) masih digunakan dalam penyaluran listrik.

Berikut ini dijelaskan secara spesifik data impor listrik Malaysia untuk Indonesia selama 10 tahun sebelumnya:

2013: 3,03 GWh

2014: 8,99 GWh

2015: 12,75 GWh

2016: 692,70 GWh

2017: 1.119,47 GWh

2018: 1.495,89 GWh

2019: 1.683,12 GWh

2020: 1.553,00 GWh

2021: 972,73 GWh

2022: 797,38 GWh

2023: 892,91 GWh.

0 Komentar