Melihat Penerapan PPKM Darurat dari Desa-Desa: Warga di Perumahan Kompak Dirikan Posko 

Melihat Penerapan PPKM Darurat dari Desa-Desa: Warga di Perumahan Kompak Dirikan Posko 
POSKO COVID : Warga di Kelurahan Palumbonsari, gotong royong bangun posko covid-19 untuk warga yang positif. 
0 Komentar

Mayoritas warga yang tinggal di kompleks perumahaan. Umumnya merupakan pendatang dari luar daerah. Biasanya, warga yang tinggal di perumahan dikenal dengan sifat individualistisnya yang tinggi. Sehingga jauh dari kata guyub.  GAMBARAN itu sama sekali tak nampak di Perumahan Grand Permata, Kelurahan Palumbonsari, Karawang Timur. Di masa PPKM Darurat ini, justru warga disana nampak kompak bergotong royong.  Dikomandoi oleh seorang Ketua RW. Warga Perum Grand Permata ternyata sudah bahu membahu membantu warga yang terdampak pandemi, sejak bulan September 2020 silam.  Seperti diungkapkan Ketua RW setempat, Engkos. Warga di Perum Grand Pertama tak mau larut dalam pro dan kontra issu perpanjangan PPKM Darurat ini. Meski sempat membuat heboh warganya. Engkos mengaku tetap fokus untuk membantu mencukup kebutuhan warganya yang sedang isolasi mandiri di rumah.  “Warga kami secara swadaya gotong royong membangun dan mendirikan posko lapor Covid, dapur umum, hingga rumah isolasi bagi warga perum yang membutuhkan,” kata Engkos, Ketua RW 019, Kelurahan Palumbonsari, rabu, (14/7/2021).  Aktifitas semacam ini, sebut Engkos, sudah berjalan sejak September 2020 lalu. Data dari Posko Covid yang mereka dirikan mencatat, bahwa sejak September 2020 hingga Juli 2021 ini, sedikitnya ada 140 warganya yang terpapar Covid-19. Dimana 6 orang diantaranya meninggal dunia.  “Pada saat PPKM Darurat berlaku, kita gandeng dokter, bidan, dan perawat yang tinggal di perumahan ini. Untuk berpartisipasi menjalankan peran edukatif, konsultatif, motivator, dan pertolongan pertama, kepada warga yang terpapar,” jelasnya.  Selain aktif dalam mendistribusikan obat, makanan, dan kebutuhan lain-lain warga yang isolasi. Sistem gotong royong yang berjalan hampir satu tahun itu. Kini melebarkan sayapnya hingga ke permasalahan 3T (trecing, trecking, treatment) warga yang positif.  Meski pun tau jika warganya mayoritas terpapar virus dari cluster industri. Namun, ia tak mau menjadikan itu alasan untuk tidak saling peduli dan tolong menolong. Minimal, kata Engkos, posko yang mereka sediakan bisa menjadi tempat yang nyaman untuk beristirahat. Dengan posisi yang tak terlalu jauh dari sanak-saudara mereka.  “Implementasi 3T bagi kami adalah berusaha keras agar semua warga yang terpapar COVID-19 bisa diselamatkan di rumah isoman dengan memaksimalkan peran tim medis walau dengan keterbatasan peralatan medis yang hanya menyediakan tabung oksigen dan alat infus tanpa terburu-buru mengirim pasien ke rumah sakit,” papar Engkos.  Meski pun seluruh aktivitas di posko itu semuanya hasil swadaya warga perumahan. Engkos berharap, hal ini tak menjadikan pemerintah untuk bekerja santai. Ia berharap, di kondisi yang semakin sulit ini. Pemerintah bekerja lebih serius dalam mengentaskan pandemi Covid-19 dari bumi pangkal perjuangan.  “Pemerintah harus serius dan konsekuen dalam menangani pandemi. Termasuk jaminan kebutuhan masyarakat di masa PPKM Darurat ini,” pinta Engkos.  “Saya pikir pemerintah perlu melakukan edukasi vaksin dan sosialisasi aturan PPKM Darurat ini agar warga lebih disiplin,” tutupnya, seraya memberi saran. (wyd/mhs)

0 Komentar