Peneliti Unsika Temukan Solusi Produksi Jamur Tiram

Peneliti Unsika Temukan Solusi Produksi Jamur Tiram
PENELITIAN: Para peneliti berhasil menciptakan Wogka (White Oyster Growth Unsika) sebagai media pengganti serbuk kayu untuk jamur tiram, Selasa (4/10/2022).
0 Komentar

Ciptakan ‘Wogka’ Sebagai Alternatif Media Tanam

KARAWANG – Tim peneliti Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) atasi permasalahan langkanya limbah serbuk kayu bagi petani jamur tiram. Para peneliti berhasil menciptakan Wogka (White Oyster Growth Unsika) sebagai media pengganti serbuk kayu untuk produksi jamur tiram.

Wogka merupakan bahlog jamur tiram hias dengan media tumbuh yang berasal dari gulma eceng gondok, serabut kelapa, dan limbah industri tempe. Melalui Program Prioritas Unsika (Hipka) pada skema Hibah Penelitian Stategis dan Terapan (Hipster) tahun 2022, Wogka berhasil diciptakan.

Wogka sebagai bahan baku alternatif media tumbuh jamur tiram membantu mengatasi minimnya limbah serbuk kayu sebagai bahan baku utama.

Baca Juga:Dua Desa Rentan Pergeseran TanahKurangi Pengangguran, Disnakertrans Gandeng KCD Wilayah IV

Hasil penelitian ini disambut baik oleh PPL Desa Kutaampel, Kecamatan Batujaya, Elsifa Rahmiati. Pihaknya menyampaikan bahwa Wogka sebagai inovasi baru dalam budidaya jamur tiram diharapkan dapat merangsang petani jamur tiram dan petani lainya untuk dapat mengadopsi teknologi tepat guna ini. Selain dapat dijadikan sumber pangan, Wogka juga memiliki nilai lebih yaitu sebagai jamur tiram hias.

Tidak hanya itu, untuk mendesiminasikan teknologi tepat guna ini, Unsika bekerja sama dengan kelompok tani Desa Kutaampel. Itu dilakukan untuk melakukan penyuluhan dan pendampingan pembuatan Wogka, di dusun Gamprit pada 22 September 2022 lalu. Kegiatan ini berjalan lancar dan disambut antusias oleh para petani.

“Latar belakang penelitian Wogka ini adalah keluhan petani tentang gulma eceng gondok yang mengakibatkan pendangkalan saluran irigasi. Eceng gondok juga menjadi gulma pada lahan pertanian. Permasalah lainya ialah limbah industri tempe yang belum dimanfaatkan secara optimal yang berpotensi mencemari lingkungan,” terang Ketua Tim Peneliti, Rommy Andhika Laksono, Selasa, (4/10) kemarin.

Rommy mengatakan, dari penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa eceng gondok, sekam padi, dan limbah industri tempe memiliki kandungan subtrat seperti lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Bahkan lebih tinggi dibandingkan media tumbuh yang berasal dari serbuk kayu.

“Dari hasil pengujian yang dilakukan di kumbung jamur Fakultas Pertanian Unsika, Baglog Wogka mampu menghasilkan 30 persen jamur tiram segar lebih baik dengan frekuansi panen lebih banyak dibandingkan dengan baglog yang berasal dari serbuk kayu. Hasil penelitian ini sudah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang dipegang oleh LPPM Universitas Singaperbangsa Karawang,” tutup Rommy. (cr1/wyd)

0 Komentar