Rafale, Diplomasi Militer Dilarang Melarang

Rafale, Diplomasi Militer Dilarang Melarang
0 Komentar

Oleh: Jagarin Pane*

Indonesia dan Perancis membuat Februari ini terasa segar bugar dan ceria di mata netizen forum militer tanah air. Kamis 10 Februari 2022 ditanda tangani kerjasama militer pengadaan alutsista terbesar dan termegah.

Sampai-sampai AS tidak sampai duabelas jam kemudian mengumumkan persetujuan buru-buru kesediaan menjual 36 jet tempur F15 varian terkini kepada Indonesia. Maka secara terang benderang dalam satu hari ada dua berita militer spektakuler yang mencengangkan kawasan Indo Pasifik termasuk China yang menjadi sebab musabab utama upaya penguatan siginfikan alutsista TNI.

Ya, China telah mengusik harga diri teritori NKRI, dengan mengeklaim zona ekonomi eksklusif (ZEE) Laut Natuna Utara (LNU), mengerahkan sejumlah kapal coast guard dan kapal perang berulang kali, show of force. Kemudian melakukan psywar terhadap pengeboran Migas di ZEE LNU dengan “nungguin” pekerjaan pengeboran berbulan-bulan.

Baca Juga:Lapor Pak Kapolres Karawang, Jeritan Kades : Tindak Tegas Ormas Main Tutup Kawasan IndustriPerekonomian Daerah hingga PDB Nasional Terancam Mandek, Kadin Karawang : Sengketa Lahan Industri Berpotensi Rusak Iklim Investasi

Dan yang terakhir ini yang paling menyesakkan, melalui nota diplomatik China melarang Indonesia melakukan pengeboran atau aktivitas apapun di LNU yang di “nine dash line” kan nya. Karena ini halaman rumah kita, nota diplomatik tidak kita gubris. Jawaban kita sangat tegas dengan bahasa militer, dilarang melarang. Indonesia mengerahkan sejumlah kapal Bakamla dan KRI ke lokasi pengeboran dan yang terakhir ini shopping besar-besaran untuk investasi pertahanan pengadaan alutsista gahar dari Perancis dan AS.

Menteri pertahanan Perancis Florence Parly yang cantik,mungil dan imut disambut hangat di Jakarta lalu sowan ke Presiden Joko Widodo. Selanjutnya bersama Menhan RI bergerak ke Medan Merdeka Barat untuk menyaksikan sign kontrak pengadaan alutsista milyaran dollar yaitu 42 jet tempur canggih Rafale dan infrastruktur pendukungnya, 2 kapal selam Scorpene, satelit militer dan lain-lain. Publikasi penandatanganan ini terang benderang dan cepat menyebar sampai Pentagon. Maka tak lama kemudian tersiar pengumuman persetujuan pengadaan 36 jet tempur canggih F15 ID dari pemerintah AS. Sebuah episode sehari penuh yang pasti mencengangkan China. Betapa gagahnya Indonesia untuk berupaya mengibarkan bendera “dilarang melarang”.

“Drama” ini mengingatkan kisah nyata sebelumnya manakala Prabowo yang baru dilantik sebagai Menteri Pertahanan, ingin shoping alutsista di AS namun terhalang masuk. Kemudian dia menjalankan strategi marwah diri dan kehormatan negeri. Menjalankan koneksi sebab akibat “dilarang melarang” dengan diplomasi militer cerdas berwibawa, melobby Austria untuk melepas Typhoon nya yang sedang bermasalah, sekaligus berkunjung ke Paris untuk melirik Rafale. Tak lama kemudian Washington luluh dan membentang karpet merah untuk ahlan wa sahlan, mempersilakan Menhan Prabowo bertandang ke Paman Sam. Kunjungan Menhan Indonesia disambut hangat di Pentagon. Dilarang melarang sudah terjawab.

0 Komentar