Laptop RAM 8GB Diprediksi Kembali Jadi Standar, Krisis DRAM Bikin Spesifikasi “Mundur”
KBEOnline.id – Dalam waktu dekat, laptop dengan RAM 8GB diperkirakan bakal semakin sering ditemui di pasaran. Bukan karena kebutuhan pengguna menurun, melainkan akibat pasokan DRAM yang kian menipis. Laporan terbaru menyebut kondisi suplai memori kini sudah berada di level mengkhawatirkan, memaksa produsen laptop melakukan penyesuaian harga dan spesifikasi demi menjaga ketersediaan stok sekaligus margin keuntungan.
Sejumlah produsen besar dikabarkan telah menaikkan harga laptop secara signifikan, bahkan pada beberapa model tertentu kenaikannya disebut bisa mencapai ratusan dolar AS. Dampaknya cukup terasa: konfigurasi RAM besar mulai dipandang sebagai “fitur premium”, sementara RAM 8GB dipilih sebagai opsi paling aman agar produksi tetap berjalan stabil.
Menurut laporan TrendForce, segmen laptop kelas menengah yang memiliki pangsa pasar terbesar diprediksi akan semakin mengandalkan RAM 8GB sebagai standar. Hal ini dinilai sebagai langkah realistis di tengah ketidakpastian pasokan memori global.
Baca Juga:Isekai Jawara! Jadi Genre Manga Terpopuler 2025 di Kalangan Pria dan Wanita JepangFilm L’étoile de Paris en Fleur Ungkap Trailer Baru, Visual Terbaru, dan Deretan Cast
Bukan Sekadar Sementara, Ini Strategi Jangka Panjang
TrendForce juga menegaskan bahwa pergeseran ini bukan keputusan sementara. Produsen laptop disebut telah mulai menyiapkan strategi jangka panjang, dengan fluktuasi harga DRAM yang diprediksi makin agresif mulai kuartal kedua 2026.
Beberapa merek sebelumnya memang masih bisa menahan kenaikan harga berkat stok DRAM lama. Namun kini, stok tersebut dilaporkan mulai menipis, membuat kenaikan harga sulit lagi dihindari dalam waktu dekat.
Berlawanan dengan Standar Microsoft
Situasi ini terasa cukup ironis jika dibandingkan dengan langkah Microsoft pada 2025, yang menetapkan 16GB RAM sebagai standar minimum untuk PC bersertifikasi Copilot. Di atas kertas, arah industri seolah menuju spesifikasi lebih tinggi.
Namun realita pasar berkata lain. Ketika RAM berkapasitas besar makin mahal, produsen justru terpaksa menurunkan standar agar produk tetap terjangkau dan pasokan tidak terganggu.
Kondisi ini juga berpotensi berdampak ke ekosistem software. Pengembang aplikasi kemungkinan harus mulai lebih serius mengoptimalkan penggunaan memori, karena tidak semua pengguna akan memiliki akses ke laptop dengan RAM besar.
