Kades Ramai-Ramai “Sentil” Pemkab

0 Komentar

Bagikan Paket Nasi Tanpa Pakai Beras Bantuan

KARAWANG– Para kepala desa di Karawang ramai-ramai mengembalikan beras bantuan dari Pemkab Karawang yang awalnya disiapkan untuk suplai kebutuhan pendirian dapur umum selama pelaksanaan PSBB di Karawang. Selain beras dinilai tak layak, pembagian “pukul rata” di seluruh kecamatan pun dirasa tak adil. Kini, seperti menyindir Pemkab Karawang, desa-desa membagikan paket nasi bungkus kepada warganya tanpa menggunakan beras pemberian dari kabupaten. Di Desa Lemahabang, Kecamatan Lemahabang Wadas misalnya. Kemarin(12/5), perangkat desa bersama ibu-ibu PKK melakukan aksi gerakan 1.000 nasi bungkus “gasibu” kepada warga yang membutuhkan. Kepala Desa Lemahabang, Didin Al Ayudin mengatakan, pihaknya sama sekali tidak menggunakan beras pemberian Pemkab Karawang yang didistribusikan melalui melalui camat. Lantaran kualitasnya yang jelek dan dianggap tak layak di konsumsi. “Beras dari kabupaten jelek, tidak terpakai,” ungkap Didin, kepada KBE, kemarin, (12/5). Dijelaskan dia, program Gasibu di Desa Lemahabang targetnya akan menyasar 1.000 kepala keluarga. Namun, modal dari dana pribadinya, diakui Didin hanya mampu mengcover sekitar 600 orang. “Masih nunggu donatur. Mudah-mudahan ada yang mau bantu,” harapnya. Di tahap pertama, kata Didin, pihaknya telah mendistribusikan 150 nasi bungkus di satu dusun, dari empat dusun yang ada di Desa Lemahabang. “Mudah-mudahan bisa membantu meringankan beban warga kita yang terdampak Covid-19,” harapnya. Sementara itu, di Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan, program Gasibu justru sudah tuntas dilaksanakan di pekan awal penerapan PSBB Karawang. Kepala Desa Tegalwaru, Aruji Ajam Atmaja mengungkapkan, pihaknya juga menggunakan dana pribadi untuk pengadaan logistik dapur umum. Sebab, bantuan dari Pemkab Karawang pun, hanya berupa beras, tanpa disediakan lauk-pauknya. “Beras dari pemkab juga rencananya akan kita bagikan, kepada anak-anak yatim, di pekan ke 2 PSBB Karawang,” jelasnya. Tak terima karena kualitas beras dari pemerintah buruk. Aparat Desa Duren membagikan 1000 nasi bungkus untuk buka puasa masyarakat setiap minggunya. Tak berbeda jauh, Kepala Desa Duren, Abdul Halim juga mengatakan, pemberikan paket 1.000 nasi bungkus kepada warganya murni inisiatif pihak desa tanpa sepeser pun menggunakan uang negara. “Tidak pakai uang negara ataupun pemerintah, kita pakai uang pribadi sendiri,” ucapnya. Di tempat terpisah, aksi protes disampaikan oleh jajaran pemerinahan di Kecamatan Cikampek berupa pengembalian beras bantuan dari Pemkab Karawang itu. Apalagi, seluruh kepala desa yang ada di wilayahnya pun, kata dia, sepakat untuk tidak menerima beras yang kualitasnya dicap tidak layak dikonsumsi sebagaiamana banyak beredar video kualitas beras bantuan itu di media sosial. “Karena berasnya tidak layak dan banyak kutunya, terus para kepala desa juga tidak mau terima mending kita pulangkan lagi,” katanya. ” Kalau mau dibilang semua kecamatan juga sama kualitas berasnya buruk dan tidak layak,” timpalnya. Sebagaiman diketahui, Pemkab Karawang belum lama ini mendistribusikan beras untuk kebutuhan pendirian dapur umum ke hampir seluruh kecamatan yang terkena penerapan PSBB. Per kecamatan”dipukul rata” kebagian jatah 2 ton beras. Beras itu bersumber dari cadangan, atau simpanan milik Pemkab Karawang yang tersimpan di gudang Bulog Karawang. Namun belakangan beras itu ditolak lantaran kualitanya yang buruk, juga pembagian “pkul rata” yang dirasa tidak adil. Sementara itu Pemerintah Kecamatan Telagasari menilai jumlah yang digebuk rata 2 ton per kecamatan dianggap tidak adil. Pasalnya, jumlah desa di kecamatan yang ada di Karawang tak semuanya sama. Ada yang 7 desa, 10 desa, 12 desa, bahkan 14 desa. “Kecamatan Majalaya yang cuma 7 desa dapat 2 ton. Masa Kecamatan Telagasari yang 14 desa juga dapat 2 ton,” ungkap Camat Telagasari, Yetti Yulianti, saat menerima beras tersebut di Aula Kantor Camat Telagasari, kemarin, (11/5). Yetti meyebut, kondisi beras asal Perum Bulog itu sebenarnya cukup bagus. Namun, lantaran terlalu lama di gudang, membuatnya jadi kusam dan berkutu. “Sesuai instruksi, para kades tetap harus memasak beras itu, untuk kemudian dibagikan ke masyarakat,” katanya. Sambung Yetti, pihaknya sendiri mengaku tak tau pasti. Apakah bantuan distribusi beras untuk dapur ini ada kelanjutannya atau tidak. Pasalnya, PSBB di Karawang direncanakan sampai 14 hari. Namun, bantuan beras yang hanya 2 ton jika dibagikan ke 14 desa, ia prediksi hanya akan mencukupi 3 sampai 4 hari ke depan saja. “Di sisi lain, semuanya harus bisa memastikan agar tidak ada masyarakat yang kelaparan selama PSBB,” pungkasnya. Sementara, Camat Cilamaya Kulon, Rully Sutrisna mengungkapkan, hasil kesepakatan dengan para kepala desa, pihaknya tidak akan memasak beras tersebut. Melainkan, akan dibagikan dalam bentuk beras. Di mana, setiap desa akan mendapatkan 2-3 karung beras, sesuai kebutuhan. “Kalau mau dimasak, dari mana bahan baku tambahannya. Untuk lauk-pauknya, gas LPG-nya, dan lain-lainnya,” ungkapnya. Kasie Kesos Cilamaya Wetan, Mokhamad Tamim membenarkan, jika bantuan tersebut jumlahnya 2 ton beras per kecamatan. Di mana, semua kecamatan digebuk rata mendapat 2 ton beras, tanpa melihat jumlah desa yang ada di wilayah kecamatan tersebut. Nantinya, kata Tamim, beras tersebut akan dibagikan ke tiap-tiap desa. Dimana, setiap dapur umum di tingkat desa akan kebagian 2-3 karung beras. Namun, tidak beserta lauk pauk dan kebutuhan lainnya. “Cuma kebagian 2 ton, ini juga tidak tau berkelanjutan atau tidak,” tutupnya. General Manager Bulog Karawang Rusli membenarkan jika beras yang dibagikan untuk dapur umum tersebut diambil dari gudang bulog. Belakanyan viral video beras yang dibagikan dinilai tak layak lantaran banyak kutu di dalama karung yang berisi beras itu. Rusli membantah jika beras yang dibagikan tidak layak pasak. Beras yang dibagikan untuk warga selama wabah Covid-19, kata dia, merupakan jenis medium dan dipastikan bahwa beras tersebut layak untuk dikonsumsi. “Jika beras yang dibagikan itu dianggap tidak layak untuk dikonsumsi, bisa dikembalikan lagi ke gudang. Saya juga sudah sampaikan ke pak Kadarisman (Kepala Dinas Pangan Kabupaten Karawang),” katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Pangan Kabupaten Karawang Kadarisman mengatakan, beras yang didistribusikan dua ton setiap kecamatan itu merupakan cadangan pangan Pemkab Karawang yang bisa dikeluarkan ketika terjadi bencana. Untuk memberikan bantuan akibat pandemi korona, Pemerintah Kabupaten Karawang mengeluarkan stok beras tersebut. “Stok beras tersebut disimpan di Bulog. Kemarin sudah didistribusikan ke semua kecamatan,” katanya. (wyd/oib/rie/mhs)

0 Komentar