Melihat Kompetisi Kreatif Kemendikbud di Tengah Pandemi, Tim Agrapana Unsika Lolos Seleksi KBKM

Melihat Kompetisi Kreatif Kemendikbud di Tengah Pandemi, Tim Agrapana Unsika Lolos Seleksi KBKM
KOMPETISI : Tim Agrapana Unsika sedang presentasi di kompetisi KBKM yang digelar Kemendikbud. 
0 Komentar

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, menggelar kompetisi kreatif di bidang kebudayaan bertajuk Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM). Ajang yang mengumpulkan bakat-bakat imajinatif itu, digelar sejak Juni hingga Agustus 2021 ini.  KOMPETISI KBKM ini diikuti oleh 713 kelompok dari Sabang sampai Merauke. Dengan jumlah peserta mencapai 2.915 orang. Dari sekian banyak peserta, salah satu tim asal Kabupaten Karawang dinyatakan lolos seleksi. Tim tersebut adalah Tim Agrapana dari Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika).  Tim Agrapana Unsika dipimpin oleh mahasiswa dari Fakultas Teknik yaitu Nugroho Dimassuharto. Dan dua rekannya yaitu Mutiara Kurnia dan M. Ledvan Maulana. Ketiganya lolos seleksi dalam kategori purwarupa pada region lll Jawa Barat, yang dibimbing oleh dosen Riantia Puspita Sari.  Ketua Tim Agrapana Unsika, Nugroho menjelaskan, karena situasi sedang Pandemi Covid-19. Kompetisi ini digelar secara daring dengan sasaran masyarakat desa. Kompetisi KBKM ini, kata Nugroho, bertujuan  untuk menjawab tantangan pemajuan kebudayaan melalui pendekatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics) dan Revolusi Industri 4.0 di Indonesia.  “Tim Agrapana berhasil melewati proses seleksi hingga terpilih menjadi salah satu dari 26 kelompok terpilih pada Regional Jawa Barat, kemudian terus melaju hingga ke tahap, yaitu wawancara bersama 6 kelompok lainnya, yang nantinya akan dipilih satu tim terbaik dari tiap regional yang akan lolos menuju tingkat nasional,” jelas Nugroho, kepada KBE minggu (22/8/2021).  Dia melanjutkan, akan ada 11 tim kategori purwarupa yang akan bersaing pada tingkat nasional mewakili regionalnya masing-masing. Dalam KBKM 2021 ini, ketiga mahasiswa Unsika tersebut mengangkat issu regional di Karawang. Yaitu permasalahan yang dialami petani terhadap gabah padi. Sebagai kepeduliannya terhadap budaya Karawang yaitu Kota Lumbung Padi.  “Tim kami melihat permasalahan yang terdapat pada desa Pangulah Utara, yakni melimpahnya limbah produksi gabah kering hasil gilingan. Namun kurangnya edukasi terhadap masyarakat dalam pengolahan limbah menimbulkan masalah yang harus dipikirkan jalan keluarnya. Faktualnya sekam padi dapat diolah menjadi pupuk dan briket organik” ungkap Nugroho.  Salah satu anggota Tim Agrapana, Mutiara menjelaskan, agrapana merupakan inovasi produk terbarukan berupa pupuk organik dan briket arang yang memanfaatkan limbah biomassa sekam padi sebagai bahan dasar pembuatan produk.

0 Komentar