Pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melindungi tubuh. Fenomena pembelian pakaian bekas, atau yang sering dikenal dengan istilah thrifting, semakin berkembang di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda.
Sejarah thrifting sebenarnya telah ada sejak akhir abad ke-19 pada masa revolusi industri. Pada waktu itu, banyak masyarakat membuang pakaian mereka setelah pemakaian pertama, yang kemudian dikumpulkan oleh Salvation Army untuk didonasikan.
Definisi thrifting sendiri dapat bervariasi di kalangan masyarakat. Meskipun banyak yang mengartikan thrifting sebagai pembelian barang bekas, interpretasi tersebut mungkin kurang tepat. Menurut kamus urban, thrifting adalah kegiatan berbelanja dengan tujuan mendapatkan barang dengan harga lebih murah dan barang yang tidak umum seperti yang ada di pasar saat ini.
Baca Juga:Pertimbangkan 7 Hal ini Sebelum Balikan Dengan Mantan7 Cara Ampuh Atasi Pasangan Ngambek, Dijamin Auto Baikan
Selain itu, thrifting juga dapat diartikan sebagai kegiatan membeli pakaian bekas, dengan catatan bahwa kualitas barang yang dijual tidak menurun. Sebaliknya, barang-barang yang dijual di toko thrift umumnya masih dalam kondisi baik dan memiliki kualitas yang baik. Barang-barang tersebut sering disebut sebagai preloved.
Meskipun sebagian orang menganggap thrifting sebagai tren yang keren, sayangnya masih ada yang menilai sebelah mata, padahal thrifting memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Berikut adalah enam alasan mengapa memilih thrifting lebih baik daripada membeli pakaian baru.
1. Mengurangi Pembuangan Pakaian ke Tempat Pembuangan Sampah
Pakaian merupakan jenis limbah yang sulit terurai dan didaur ulang. Banyak orang membuang pakaian yang tidak terpakai langsung ke tempat sampah, padahal seringkali pakaian tersebut masih dapat digunakan. Menurut penelitian YouGov pada tahun 2017, sekitar sepertiga generasi milenial membuang pakaian mereka karena merasa bosan menggunakan barang tersebut. Akumulasi limbah semacam ini menjadi permasalahan serius, namun masih banyak yang tidak mempedulikan dampaknya. Melalui thrifting, kita dapat mengurangi penumpukan limbah, walaupun tidak merata.
2. Berkontribusi dalam Konservasi Lingkungan Bumi
Industri fast fashion seringkali memproduksi pakaian dalam jumlah besar dengan cepat untuk mengikuti tren, menyebabkan penggunaan bahan baku yang berbahaya dan tidak ramah lingkungan. Dampaknya termasuk pencemaran air, degradasi kualitas tanah, penurunan populasi hewan, dan peningkatan volume sampah. Selain itu, para pekerja di industri ini seringkali mendapatkan upah rendah dan minim jaminan asuransi, meskipun mereka bekerja dalam kondisi yang berat. Melalui thrifting, kita dapat membantu menjaga dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan Bumi.