KARAWANG — Di balik aroma menyengat dan tumpukan sampah yang menjulang di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Jalupang, Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru, tersimpan kisah-kisah yang mengejutkan, seperti nemu uang Rp 6 juta di kantong plastik.
Pada Kamis, 11 Agustus 2022 lalu, Tim Redaksi Karawang Bekasi Ekspres pernah mengikuti aktivitas salah satu pengepul sampah, Sumiyati (51), warga Desa Pangulah Utara, yang telah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari apa yang dianggap tak bernilai oleh banyak orang.
Setiap pagi, Sumiyati menembus bau menyengat dan genangan sampah demi mencari penghidupan.
Baca Juga:Update Polusi Udara, Kualitas Udara Karawang Kategori Tidak Sehat Per 23 April 2025Jangan Lupa Payung! Prakiraan Hujan dan Suhu Karawang 24 April 2025
“Awal-awal masuk, mah eneg. Makan nggak bisa makan. Kalau udah biasa, mah biasa aja,” kenangnya sambil tersenyum getir.
Sumiyati mengisahkan bahwa menjadi pemulung bukanlah pilihan yang mudah, tapi kebutuhan hidup membuatnya bertahan. Yang mengejutkan, dari balik tumpukan sampah itu, Sumiyati dan rekan-rekannya kerap menemukan ‘harta karun’.
Salah satu kisah paling menghebohkan adalah ketika seorang temannya menemukan satu kantong plastik berisi uang tunai sebesar Rp 6 juta.
“Itu uang beneran, dapet di keresek. Waktu dihitung totalnya enam juta,” ujar Sumiyati, yang tak menyangka tempat yang dipenuhi limbah justru menyimpan kejutan besar.
“Macam-macam yang pernah ditemukan. Saya sendiri pernah dapat beberapa hape bekas, kadang masih bisa dipakai,” lanjut Sumiyati.
Sumiyati pun mengajak tim redaksi menapaki gundukan tertinggi di TPAS Jalupang. Dari sana, ia menunjuk arah tempat tinggalnya di Desa Pangulah Utara yang tampak dari kejauhan. Ia juga menunjukkan sebuah saung sederhana di atas gunungan sampah, tempat para pengepul berteduh saat panas terik menyengat.
Meski hasil pengepulan tak seberapa—sekitar Rp 30.000 hingga Rp 40.000 per hari—Sumiyati tetap gigih.
Baca Juga:Hiburan atau Luka? Tren Kesenjangan Sosial di Medsos Jadi Sorotan PsikologAnak Muda Karawang dalam Bahaya: Ini Faktanya
“Biasanya saya jual tiga hari sekali. Kalau beruntung bisa dapet Rp 110 ribu. Kalau lagi apes, ya paling Rp 80 ribu buat tiga hari,” katanya.
Kisah hidupnya tak berhenti sampai di situ. Ia mengaku, sesekali mengonsumsi makanan yang masih layak dari tumpukan sampah.
“Kayak sampah baru turun, ada jeruk di dalamnya. Kalau jeruknya masih bagus, ya saya makan. Nggak pernah sakit juga,” ucapnya tanpa canggung.